Tautan-tautan Akses

Rektorat USU Abaikan Aksi Protes atas Pemecatan Pengurus SUARA USU


Puluhan mahasiswa saat melakukan orasi mengecam kebijakan rektorat Universitas Sumatera Utara (USU) yang memecat seluruh pengurus SUARA USU, Kamis (28/3). (VOA/Anugrah Andriansyah)
Puluhan mahasiswa saat melakukan orasi mengecam kebijakan rektorat Universitas Sumatera Utara (USU) yang memecat seluruh pengurus SUARA USU, Kamis (28/3). (VOA/Anugrah Andriansyah)

Gelombang protes terhadap pemecatan pengurus SUARA USU akibat cerpen LGBT masih terus berlanjut. Namun, rektorat USU tidak memperdulikan, dan tetap dengan kebijakannya mengganti seluruh pengurus SUARA USU. Alhasil, puluhan mahasiswa menduduki sekretariat SUARA USU agar pengosongan tidak dilakukan pihak rektorat.

Gelombang protes terus berdatangan atas dipecatnya seluruh pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pers mahasiswa SUARA USU usai mengunggah cerita pendek (cerpen) bertema lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) berjudul "Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya" di laman web suarausu.co beberapa pekan lalu. Namun, pihak rektorat Universitas Sumatera Utara (USU) tak memedulikan gelombang protes yang terus berdatangan dari berbagai elemen akibat pemecatan terhadap 18 mahasiswa dari kepengurusan SUARA USU, dan mengganti struktural redaksi seluruhnya.

Wakil Rektor 1 USU, Rosmayati mengatakan para pihak yang memprotes kebijakan pemecatan seluruh pengurus SUARA USU lantaran tidak mengetahui kronologi dan masalah pokok dari cerpen bertema LGBT tersebut.

"Saya kira mereka protes karena tidak tahu saja posisi masalah kita ini. Kalau tahu sebenarnya memahami apa yang kita lakukan itu saya yakin mereka tidak akan protes. Pada saat kita mengambil kesimpulan ini, kami sudah bersifat persuasif terlebih dahulu. Tapi (SUARA USU) tetap bersikukuh bahwa keputusan mereka benar. Kita sebagai orang tua melihat itu bukan sesuatu yang benar. Itulah sebabnya kita kembalikan ke fakultas biar SUARA USU memperbaiki diri sekaligus introspeksi sebenarnya apa yang mereka buat itu benar atau tidak," kata Rosmayati di Medan, Kamis (28/3).

Rektorat USU membantah apa yang dilakukan pihaknya bertujuan memberedel redaksi SUARA USU. Rosmayati menuturkan usai memecat seluruh pengurus SUARA USU, diharapkan ke-18 mahasiswa itu untuk kembali menekuni studi di fakultas masing-masing. Para pengurus SUARA USU yang dipecat juga diminta untuk segera mengosongkan sekretariatnya.

"Rektor sebenarnya bukan memecat anak-anak SUARA USU. Tapi mengembalikan anak-anak SUARA USU untuk belajar di program studi dan fakultas masing-masing. Tidak ada niat untuk membreidel SUARA USU," ungkap Rosmayati.

Atas kebijakan yang dilakukan pimpinan kampus, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Bersuara (SOMBER) mengecam dan meminta rektorat USU untuk mencabut surat keputusan (SK) pemberhentian pengurus SUARA USU. Mereka bahkan menduduki sekretariat SUARA USU agar pengosongan tidak dilakukan. Pimpinan aksi dari SOMBER, Felix Cristiano mengucapkan keputusan yang dilakukan rektorat USU memecat seluruh pengurus SUARA USU berdampak langsung terhadap mahasiswa. Keputusan itu dinilainya merupakan sebuah pengekangan terhadap kreativitas.

Sekretariat lembaga pers mahasiswa SUARA USU di Universitas Sumatera Utara, Selasa, 26 Maret 2019. (Foto: Anugrah Andriansyah/VOA)
Sekretariat lembaga pers mahasiswa SUARA USU di Universitas Sumatera Utara, Selasa, 26 Maret 2019. (Foto: Anugrah Andriansyah/VOA)

"Ini merupakan sebuah persekusi. Kami pihak mahasiswa merupakan kaum intelektual menolak keras di dalam dunia kampus persekusi terhadap ide-ide baru terhadap kreativitas. Kami ingin membangun solidaritas untuk melawan ketidakadilan di kampus ini," ucapnya.

Puluhan mahasiswa tersebut juga mengancam akan terus melakukan demonstrasi sampai rektorat USU mencabut SK pemberhentian pengurus SUARA USU. Bukan hanya dalam bentuk orasi, mereka juga akan melakukan penolakan pemecatan pengurus SUARA USU melalui panggung seni.

"Ini aksi solidaritas buat kawan-kawan kami yang juga merupakan pers. Kami berangkat dari kejadian di mana pihak rektorat secara subjektif atau secara otoriter membungkam kreativitas kawan-kawan kami di pers mahasiswa ini. Kami akan terus mempertahankan agar kawan-kawan tetap eksis di universitas sebagai pers yang menyuarakan realitas masyarakat kampus," ujar Felix.

Rektorat USU Tak Pedulikan Gelombang Protes Atas Pemecatan Pengurus SUARA USU
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:42 0:00

Sementara itu, Pimpinan Umum SUARA USU dan juga penulis cerpen LGBT, Yael Stefany Sinaga mengucapkan meski sempat mengosongkan sekretariat atas permintaan dari rektorat USU. Namun, mereka kembali memasukkan barang-barang seperti buku-buku, piala, dan beberapa berkas ke dalam sekretariat. Hal itu dilakukan usai mendapat dukungan dari massa SOMBER yang menduduki sekretariat SUARA USU.

"Tadi pagi pihak rektorat datang ke sini untuk menyuruh kami agar keluar dari sekretariat. Kami disuruh untuk mengosongkan semua barang-barang. Tadi teman-teman SUARA USU sudah mengeluarkan barang-barangnya semua tapi mahasiswa dari SOMBER mereka tetap mau berniat untuk menduduki sekretariat SUARA USU. Mereka menarik kembali barang-barang ini untuk masuk ke dalam," ungkap Yael.

Sampai berita ini diterbitkan pengosongan sekretariat SUARA USU belum kembali dilakukan, pihak rektorat USU masih menunggu agar suasana tidak memanas. Rektorat USU berharap apa yang dilakukan puluhan mahasiswa yang menduduki sekretariat SUARA USU tidak membuat hal-hal merugikan bagi universitas. (aa/em)

Recommended

XS
SM
MD
LG