Tautan-tautan Akses

Referendum Kurdi Dapat Lemahkan Upaya Lawan ISIS


Sebuah spanduk di luar pasar Erbil yang meminta warga untuk memilih "ya" dalam referendum untuk menuntut kemerdekaan di Erbil, Kurdi Irak, 5. September 2017.
Sebuah spanduk di luar pasar Erbil yang meminta warga untuk memilih "ya" dalam referendum untuk menuntut kemerdekaan di Erbil, Kurdi Irak, 5. September 2017.

Brett McGurk, utusan khusus Amerika untuk koalisi global melawan ISIS, hari Kamis (15/9) mengatakan referendum kemerdekaan Kurdi akan membawa konsekuensi signifikan terhada perang melawan ISIS. McGurk menyerukan agar para pemimpin Kurdi membatalkan referendum dan menukarnya dengan rencana yang diusulkan Amerika, Inggris dan PBB.

“Tentu saja kita mendorong agar para pemimpin politik Kurdi menempuh jalur alternatif ini,” kata McGurk dalam jumpa pers di ibukota Kurdi Irak, Irbil.

“Jalur alternatif ini terfokus pada proses dialog, perundingan, dan memastikan kita melakukan upaya serius melalui perundingan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih ada antara Irbil dan Baghdad,” tambah McGurk.

Referendum dijadwalkan tanggal 25 September dimana lebih dari 5 juta warga Kurdi di Irak utara akan memutuskan apakah mereka ingin memisahkan diri dari Irak.

Pemerintah Irak menyebut referendum itu melanggar konstitusi, dan parlemen Irak telah memberikan mandat kepada Perdana Menteri Haider al-Abadi untuk mengambil langkah apapun yang diperlukan untuk mempertahankan keutuhan nasional Irak.

Parlemen hari Kamis juga memutuskan untuk memecat Najm al-Din Karim, Gubernur provinsi kaya minyak Kirkuk, yang merupakan bagian wilayah yang dipersengketakan oleh Irbil dan Baghdad.

Amerika tidak mendukung referendum itu, yang diyakini akan menimbulkan ketidakstabilan di Irak dan melemahkan upaya perang melawan ISIS. [ds]

XS
SM
MD
LG