Nama perusahaan rintisan itu RecycleSmart. Kehadiran perusahaan itu pada intinya adalah mengatasi kebingungan warga Sydney mengenai benda apa yang sebetulnya dapat didaur ulang dan benda apa yang memang sebetulnya harus berakhir di tempat pembuangan sampah.
Didirikan sejak dua tahun lalu, kehadiran RecycleSmart, menurut banyak pihak, menjawab kebutuhan warga Sydney yang semakin peduli lingkungan.
Pesan perusahaan itu kepada para pelanggan sederhana, yakni “Tinggalkan tas daur ulang Anda di depan pintu rumah dan pengemudi kami akan mengambilnya." Urusan memilah-milah sampah daur ulang menjadi tanggung jawab RecycleSmart.
Graham Hope, Koordinator Urusan Sampah Pemerintah Distrik Randwick, mengaku lega dengan kehadiran perusahaan itu. "Kami tidak memiliki sumber daya untuk menyediakan layanan seperti itu dan RecycleSmart adalah mitra hebat dalam menyediakan sumber daya itu untuk kami," jelasnya.
Tidak ada biaya bulanan yang dikenakan kepada para pelanggan. Pemerintah daerah telah menanggung biaya operasional bulanan perusahaan itu.
Para pelanggan hanya perlu online, atau menggunakan aplikasi khusus, untuk mengatur penjemputan tas secara teratur dengan biaya dua dolar Australia per tas. Tas itu dikosongkan oleh pengemudi RecycleSmart dan diberikan kembali kepada pelanggan pada setiap penjemputan.
Plastik lunak, barang-barang elektronik, tas, gaun, celana, kartrid tinta, baterai, bola lampu, biasa diambil oleh perusahaan itu.
Bagi orang seperti Ann Johnston yang berusia 84 tahun dan tinggal di rumah tanpa gudang, kehadiran RecycleSmart sangat menguntungkan. Ia merasa tidak enak membuang barang-barang yang sesungguhnya dapat didaur ulang.
“Ketika mereka datang untuk mengambil, mereka menyortirnya. Jika tidak bisa didaur ulang, mereka akan meninggalkannya. Ini membuat Anda sadar mengenai apa yang seharusnya dimasukkan ke tas-tas itu. Ini fantastis," jelasnya.
Tugas para pegawai RecycleSmart tidak hanya menempatkan sampah-sampah yang dapat didaur ulang di pusat-pusat pengelolaan pemerintah. Jika menemukan sepatu atau pakaian yang diyakini masih dapat digunakan, para pengemudi akan mengirimkan benda-benda itu ke badan-badan amal seperti Palang Merah.
Doktor Stefan Lie, pakar daur ulang di University Technology Sydney, mengatakan kehadiran perusahaan itu menjawab kebingungan warga. "Penjelasan di situs web atau aplikasi mereka sangat jelas. Apa yang mereka kumpulkan dan ke mana mereka membawanya dan apa yang terjadi dengan sampah-sampah itu," imbuhnya.
Pada masa lalu, Australia kerap mengekspor sampah daur ulang ke luar negeri. Namun, sejak lima tahun lalu, banyak negara, termasuk Tiongkok, menolak kedatangan sampah-sampah seperti itu. Walhasil, pemerintah Australia menggenjot usaha-usaha mendaur ulang untuk memelihara kelestarian lingkungannya. [ab/uh]