Rakyat Suriah hari Selasa memberikan suara dalam pemilu yang diperkirakan akan memberi kemenangan besar bagi Presiden Bashar al-Assad untuk masa jabatan tujuh tahun lagi, sementara perang saudara yang menewaskan banyak orang berlanjut di berbagai penjuru negara itu.
Televisi pemerintah Suriah memperlihatkan para pendukung Assad melambai-lambaikan bendera dan foto presiden, sementara mereka menunggu dalam antrean panjang untuk memberikan suara. Pemberian suara hanya berlangsung di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah.
Oposisi Suriah dan sekutu-sekutu Baratnya telah mengecam pemilu tersebut, yang menghadapkan Assad melawan dua kandidat kurang dikenal yang telah disetujui pemerintah.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Marie Harf menyebut pemilu itu “memalukan” dan mengatakan Presiden Assad “sekarang tidak lebih kredibel dari pada sebelumnya”.
Perdana Menteri Suriah Wael al-Halqi mengatakan pemilu Selasa akan menempatkan negara itu pada jalur menuju pemulihan. Kementerian Dalam Negeri menyatakan lebih dari 15 juta orang berhak memilih.
Juru bicara Dewan Nasional Suriah Khalid Saleh mengatakan hasil pemilu tidak akan berdampak nyata terhadap masa depan Suriah. Laskar pemberontak telah berjuang selama tiga tahun lebih untuk menyingkirkan Assad dari jabatannya.
Meskipun berlangsung pemilu, Selasa, kekerasan terus berkecamuk di kawasan pinggiran kota Damaskus, dengan pemberontak menembakkan mortir dan pesawat-pesawat tempur pemerintah menarget daerah-daerah oposisi.
Assad telah berkuasa sejak 2000, sewaktu ia menjadi presiden setelah kematian ayahnya, dan menjadi satu-satunya kandidat dalam surat suara sewaktu ia merebut masa jabatan kedua pada tahun 2007.
Televisi pemerintah Suriah memperlihatkan para pendukung Assad melambai-lambaikan bendera dan foto presiden, sementara mereka menunggu dalam antrean panjang untuk memberikan suara. Pemberian suara hanya berlangsung di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah.
Oposisi Suriah dan sekutu-sekutu Baratnya telah mengecam pemilu tersebut, yang menghadapkan Assad melawan dua kandidat kurang dikenal yang telah disetujui pemerintah.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Marie Harf menyebut pemilu itu “memalukan” dan mengatakan Presiden Assad “sekarang tidak lebih kredibel dari pada sebelumnya”.
Perdana Menteri Suriah Wael al-Halqi mengatakan pemilu Selasa akan menempatkan negara itu pada jalur menuju pemulihan. Kementerian Dalam Negeri menyatakan lebih dari 15 juta orang berhak memilih.
Juru bicara Dewan Nasional Suriah Khalid Saleh mengatakan hasil pemilu tidak akan berdampak nyata terhadap masa depan Suriah. Laskar pemberontak telah berjuang selama tiga tahun lebih untuk menyingkirkan Assad dari jabatannya.
Meskipun berlangsung pemilu, Selasa, kekerasan terus berkecamuk di kawasan pinggiran kota Damaskus, dengan pemberontak menembakkan mortir dan pesawat-pesawat tempur pemerintah menarget daerah-daerah oposisi.
Assad telah berkuasa sejak 2000, sewaktu ia menjadi presiden setelah kematian ayahnya, dan menjadi satu-satunya kandidat dalam surat suara sewaktu ia merebut masa jabatan kedua pada tahun 2007.