Pengacara Twitter, Facebook dan Google hari Selasa mengatakan kepada anggota legislatif Amerika bahwa entitas Rusia menggunakan platform mereka untuk menuai perselisihan dan disinformasi selama kampanye kepresidenan Amerika tahun 2016 namun tidak membesar-besarkan tingkat upaya tersebut.
"Aktor-aktor asing menggunakan akun palsu untuk memasang iklan di Facebook dan Instagram yang menjangkau jutaan orang Amerika selama periode dua tahun," kata penasihat umum Facebook Colin Stretch yang bersaksi dihadapan subkomite Kehakiman Senat. "Banyak iklan dan postingan ini dibesar-besarkan, sebagian benar-benar menyinggung perasaan."
Sean Edgett, pejabat penasihat umum Twitter, mengatakan bahwa perusahaannya mempelajari semua tweet yang dipasang dari tanggal 1 sampai 15 November 2016, dan mendapati konten yang dipasang oleh akun palsu otomatis Rusia "relatif kecil." Dia mengatakan akun palsu Rusia "sekitar 0,01 persen dari total akun Twitter" selama kurun waktu diteliti.
"Twitter yakin aktivitas apa pun semacam itu - terlepas dari besarnya - tidak dapat diterima dan kami setuju bahwa kami harus mencegahnya lebih baik lagi," katanya.
Twitter telah mengambil tindakan terhadap yang dicurigai sebagai akun jahat Rusia, menangguhkan 2.752 akun dan menerapkan tim khusus baru yang berdedikasi "untuk meningkatkan kualitas informasi yang dilihat pengguna kami," kata Edgett.
Sementara itu, Facebook mengatakan akan mempekerjakan lebih banyak orang untuk memeriska dan jika perlu, menghapus konten, dan memverifikasi serta memasang identitas pemasang iklan pemilu.
RUU Bipartisan yang telah diajukan di Senat mewajibkan beberapa langkah yang dikatakan raksasa teknologi sedang mereka terapkan sendiri. [my]