Orang-orang Palestina di bagian tengah Gaza, Minggu (10/11), menungkapkan rasa frustrasi atas keputusan Qatar menangguhkan upaya mediasinya untuk mencoba mengakhiri perang antara Israel dan Hamas.
Pada Sabtu (9/11), mengumumkan telah menangguhkan upaya mediasi pentingnya, dengan alasan meningkatnya perasaan frustrasi karena kurangnya kemajuan dalam kesepakatan gencatan senjata untuk Gaza.
“Kami meminta Qatar agar melanjutkan upayanya untuk mengakhiri perang yang menghancurkan ini yang telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan mengubah kehidupan orang-orang Palestina menjadi neraka yang tak tertahankan," kata Ahmed al-Borsh, pengungsi dari kamp Jabalia menanggapi pengumuman itu.
Pengungsi lainnya, Ahmed al-Nono yang berasal dari Kota Gaza, mengatakan, “Kami adalah orang-orang yang menderita. Mereka (Qatar) seharusnya tetap berdiri bersama kami dan mendukung kami.”
Qatar memberitahu Israel dan Hamas bahwa pihaknya tidak dapat terus melakukan mediasi “selama ada penolakan untuk merundingkan kesepakatan dengan iktikad baik,” dan “sebagai konsekuensinya, kantor politik Hamas tidak lagi menjalankan fungsinya” di Qatar, kata seorang sumber diplomatik yang memberi pengarahan mengenai hal itu.
Qatar memberitahu Hamas bahwa mereka harus pergi jika tidak siap terlibat dalam perundingan yang serius, kata sumber itu.
Pembicaraan gencatan senjata selama berbulan-bulan telah gagal menemukan titik temu antara Hamas dan Israel.
Pihak-pihak yang berperang masih berselisih pendapat mengenai isu-isu penting, termasuk di antaranya apakah Israel akan menarik pasukannya dari Gaza.
Sabtu (9/11) larut malam, kantor berita pemerintah Qatar News Agency menerbitkan komentar yang dikaitkan dengan Majed bin Mohammed al-Ansari, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri, yang mengukuhkan bahwa Doha telah memberitahu semua pihak dalam pembicaraan itu 10 hari sebelumnya bahwa Qatar akan menghentikan upayanya untuk melakukan mediasi antara Hamas dan Israel jika kesepakatan tidak tercapai dalam putaran itu.” [uh/ab]
Forum