Juru bicara Presiden Vladimir Putin hari Kamis (12/3) menepis spekulasi kepala negara Rusia itu sakit.
Dmitry Peskov mengatakan kepada radio Ekho Moskvy bahwa Presiden berusia 62 tahun itu "benar-benar" sehat. "Genggamannya sangat kuat," kata juru bicara presiden ketika ditanya apakah jabat tangan Putin baik-baik saja.
Komentar Peksov datang di tengah meluasnya spekulasi di Internet Rusia dan media sosial bahwa Putin sedang sakit, atau meninggal dunia, dicopot dari kekuasaan, atau terperangkap di tengah pertikaian antara faksi-faksi yang bersaing dalam aparat penguasa negara.
Presiden Rusia tidak terlihat di depan umum sejak ia bertemu dengan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi di Moskow tanggal 5 Maret.
Pertemuan dengan presiden Kazakhstan dan Belarus yang rencananya berlangsung tanggal 12-13 Maret di ibukota Kazakhstan Astana telah ditunda, dan kantor berita Reuters mengutip "sumber pemerintah Kazakhstan" yang mengatakan pertemuan itu dibatalkan karena Putin jatuh sakit.
Presiden Rusia itu juga dilaporkan membatalkan pertemuan dengan para pejabat Republik sempalan Ossetia Selatan yang pro-Russia di Georgia, yang seharusnya berlangsung hari Rabu.
Ditanya tentang tidak munculnya Putin di hadapan publik, Peskov mengatakan kepada radio Ekho Moskvy bahwa jadwal presiden "sangat sibuk" karena ia sedang mengurus isu-isu penting yang berkaitan dengan krisis ekonomi di negara itu. Juru bicara presiden juga menegaskan presiden tidak akan menyampaikan pidato tahunan kepada para pejabat Dinas Keamanan Federal (FSB), badan keamanan utama Rusia, di mana Putin pernah menjabat sebagai pemimpin.
Website pemerintah Rusia hari Rabu melaporkan Putin berbicara melalui telepon hari Kamis dengan Presiden Armenia Serzh Sargsyan. Katanya kedua pemimpin membahas "aspek-aspek penting kemitraan Rusia-Armenia, terutama yang berkaitan dengan kerjasama dalam penggunaan damai energi nuklir, industri minyak dan gas."
Selain isu kesehatan Putin, semakin banyak pengamat politik Rusia mengatakan konflik meletus antara faksi-faksi yang kuat menyusul pembunuhan pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow tanggal 27 Februari. Lima warga etnis Chechnya ditahan sehubungan dengan pembunuhan itu, termasuk Zaur Dadayev, mantan wakil komandan batalion Kementerian Dalam Negeri Chechnya.
Seorang hakim Rusia mengatakan Dadayev telah mengakui tuduhan tersebut, namun kemudian mengatakan mengaku karena dipaksa.
Menurut beberapa pengamat, pembunuhan Nemtsov terkait dengan perebutan kekuasaan antara FSB dan badan keamanan yang terhubung dengan pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov.
Sementara itu, Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi hari Kamis yang menyerukan "penyelidikan internasional independen" berkenaan pembunuhan Nemtsov, yang disebut " pembunuhan politik yang paling signifikan dalam sejarah Rusia belakangan ini."
Parlemen Eropa juga memperingatkan propaganda Kremlin telah mengubah Rusia menjadi "negara penumpas penuh kebencian dan ketakutan."