Presiden Vladimir Putin mengumumkan pada Jumat (17/5) bahwa Rusia mungkin akan mengirim minyak dan gas ke China melalui jalur yang direncanakan melewati Mongolia.
Putin, yang baru saja menyelesaikan lawatannya ke China selama dua hari, menyatakan bahwa ia dan Beijing telah meneguhkan minat mereka untuk melanjutkan proyek pipa gas yang diusulkan, Power of Siberia 2.
"Selain itu, dimungkinkan untuk membangun pipa gas dan pipa minyak di koridor yang sama," kata Putin. Rencana Putin itu tampaknya membangkitkan kembali ide yang pernah dibahas oleh kedua negara itu pada 2018.
Namun, ia menyebutkan bahwa ada alternatif lain untuk memasok energi Rusia ke China, termasuk menggunakan kapal tanker yang melalui Rute Laut Utara di kawasan Arktik.
"Semua opsi dimungkinkan, semuanya dapat diterima dan layak secara ekonomi. Penting untuk memilih yang terbaik. Saya yakin pekerjaan ini juga akan selesai," katanya pada konferensi pers yang disiarkan televisi.
Meskipun Putin optimistis, pembahasan antara Rusia dan China selama bertahun-tahun terkait pembangunan Power of Siberia 2 belum mencapai kesepakatan. Alexander Novak, tokoh utama dalam urusan energi Putin, menyatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa mereka berharap segera menandatangani kontrak.
Rusia semakin terdorong untuk mempercepat proyek ini karena mereka berusaha untuk meningkatkan pengiriman gas ke China, sebagai upaya untuk mengimbangi penurunan ekspor mereka ke Eropa akibat konflik di Ukraina.
Putin mengakui pembangunan proyek tersebut akan rumit karena menyangkut masalah harga. Namun pertumbuhan ekonomi China memerlukan pasokan energi, dan Rusia adalah pemasok yang paling dapat diandalkan. Putin juga menekankan bahwa proyek tersebut juga akan aman dari serangan sanksi Barat.
"Tidak ada yang bisa menghalangi hal ini, baik sanksi terhadap armada kapal tanker atau bahkan sanksi terhadap lembaga keuangan. Kami akan membeli dan menjual segala sesuatu dalam mata uang nasional kami. Jadi minat dari kedua belah pihak sudah terkonfirmasi,” tukasnya.
Pipa tersebut direncanakan untuk mengalirkan 50 miliar meter kubik gas per tahun dari wilayah Yamal di Rusia utara. Jumlah ini hampir sama dengan kapasitas pipa Nord Stream 1 yang saat ini tidak aktif, yang dulunya mengalirkan gas dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik, yang rusak akibat ledakan pada 2022.
Rusia saat ini menyuplai gas ke China melalui pipa Power of Siberia 1, yang mulai beroperasi pada 2019 dan mengalir melalui Siberia timur hingga China timur laut.
Para pakar memperkirakan Beijing mungkin akan mengajukan tawaran harga yang menantang untuk proyek pipa kedua melalui Siberia. Pasalnya China diperkirakan tidak membutuhkan pasokan gas tambahan hingga 2030.
Moskow belum mengatakan berapa biaya Power of Siberia 2 sepanjang 2.600 km atau bagaimana pendanaannya. Beberapa analis memperkirakan investasinya mencapai $13,6 miliar. [ah/ft]
Forum