Ribuan lelaki, perempuan dan anak-anak lari meninggalkan kawasan Ghouta Timur, Suriah, Kamis (16/3). Dengan membawa harta benda di punggung dan tangan, mereka pergi dengan sepeda atau truk pikap untuk menyelamatkan diri.
Pemberontak telah menguasai Ghouta Timur sejak 2012, tetapi sekarang pasukan Suriah menguasai sebagian besar daerah itu setelah pengeboman dan serangan udara berulang kali.
Peter Maurer, presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC), menyampaikan dalam suatu pernyataan bahwa lawatannya baru-baru ini ke Suriah memperkuat pandangannya bahwa perang di berbagai penjuru daerah itu telah mencapai keadaan baru yang menakutkan. Sudah terlalu sering kehancuran dianggap sebagai tujuan, sementara standar-standar dasar kemanusiaan diabaikan, lanjutnya.
Baca juga: Ribuan Warga Tinggalkan Kubu Terakhir Pemberontak di Luar Damaskus
Direktur Syrian Observatory for Human Rights menyatakan, eksodus hari Kamis (16/3) dari daerah terkepung di dekat Damaskus itu merupakan yang terbesar sejak pasukan pemerintah melancarkan operasi untuk merebutnya kembali bulan lalu.
Setelah militer Suriah membuka jalur seusai penyerangan larut malam, warga sipil terlihat melarikan diri ke daerah yang dikuasai pemerintah Suriah dengan berjalan kaki, berkendaraan mobil dan sepeda motor.
Observatory yang berbasis di Inggris menyatakan ratusan keluarga juga telah meninggalkan kota Afrin menuju desa-desa yang dikuasai pasukan pro-pemerintah. Mereka lari menghindari ofensif militer Turki terhadap pasukan Kurdi Suriah.
Baca juga: Pasukan Suriah Kepung Kota Harasta yang Dikuasai Pemberontak
Sebelumnya pekan ini, sejumlah orang yang cedera dan sakit dievakuasi dari Ghouta Timur, yang setelah ofensif pasukan pemerintah terbagi menjadi tiga daerah. Dua puluh lima truk yang membawa bantuan kemanusiaan memasuki daerah di bagian utara yang dikuasai pemberontak dan menuju kota Douma, sebut ICRC. Ditambahkan, konvoi itu mengangkut cukup banyak makanan bagi 26.100 warga untuk satu bulan dan membawa berbagai barang lainnya. [uh]