Bom bunuh diri di sebuah masjid Syiah di kota Kunduz, Afghanistan menewaskan sedikitnya 55 orang yang sedang beribadah sholat Jumat menurut kantor berita AFP. Serangan ini menjadi serangan yang paling mematikan sejak pasukan AS meninggalkan negara itu.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri itu yang juga melukai ratusan orang lainnya seperti yang dilaporkan Reuters. ISIS telah berkali-kali menargetkan kelompok Syiah untuk semakin mengacaukan situasi di Afghanistan yang sebagian besar warganya adalah Muslim Suni.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan lewat aplikasi pesan Telegram ISIS mengatakan seorang pelaku bom bunuh diri ISIS “meledakkan rompi di tengah-tengah kerumunan Muslim Syiah di dalam masjid.
Narasumber di RS Kunduz mengatakan ada 35 orang yang tewas dan lebih dari 55 orang yang luka-luka dilarikan ke rumah sakit tersebut. Sementara itu Doctors Without Borders (MSF) mengatakan 20 orang tewas dan puluhan orang luka-luka lainnya dilarikan ke rumah sakit mereka.
Matiullah Rohani, direktur budaya dan informasi di Kunduz, untuk pemerintah Taliban yang baru mengonfirmasi kepada AFP bahwa ledakan itu merupakan bom bunuh diri dan 46 tewas dan 143 luka-luka akibat serangan itu.
Mulawi Dost Muhammad, kepala keamanan Taliban di Kunduz, menuduh pelaku serangan mencoba untuk memecah belah umat Syiah dan Sunni dan bersikeras tidak ada ketegangan antara Taliban dan kelompok minoritas itu.
"Kami berjanji kepada saudara-saudara Syiah kami bahwa setelah ini, kami akan memberikan bantuan kemanan kepada mereka dan masalah seperti ini tidak akan terjadi lagi pada mereka,” ujarnya.
Seorang saksi mata, Rahmatullah, mengatakan ada sekitar 300 hingga 400 jemaah di dalam masjid itu ketika ledakan terjadi.
Misi PBB di Afghanistan menyebut serangan ini sebagai bagian dari pola kekerasan yang menggelisahkan di Afghanistan, setelah kekerasan sebelumnya juga terjadi dalam beberapa hari terakhir di sebuah masjid di Kabul dan sebuah sekolah agama di provinsi Khost. Dalam beberapa minggu terakhir, serangan serupa juga terjadi, dan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas beberapa serangan tersebut. [dw]