Puluhan negara anggota PBB mengecam catatan hak asasi manusia (HAM) Korea Utara pada Rabu (12/6). Mereka mengesampingkan keberatan dari China dan Rusia, bahkan untuk sekadar mengangkat persoalan ini di Dewan Keamanan.
Duta Besar Korea Selatan untuk PBB, Joonkook Hwang, mengatakan kepempimpinan diktator di Pyongyang yang terisolasi “terus menerus melakukan pelanggaran HAM yang sistematis, meluas dan berat.
Sambil memaparkan pernyataan bersama yang ditandatangani oleh 57 negara, termasuk AS, dia mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran itu telah meningkat seiring semakin fokusnya Korea Utara dalam membangun militer mereka.
“Situasi HAM dan kemanusiaan yang buruk, terkait erat dengan kemajuan program-program persenjataan mereka, seperti dua sisi dari mata uang yang sama,” kata dia.
Korea Utara “telah mengalihkan sumber daya mereka yang terbatas untuk pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik, melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, dengan mengorbankan kesejahteraan rakyatnya, di samping kekebalan politik terhadap pelanggaran HAM mereka.”
Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Volker Turk juga menggaungkan hal yang sama. Ia mengatakan bahwa “tidak mungkin untuk memisahkan” situasi HAM dari militerisasi di negara itu."
Korea Utara adalah “negara yang terisolasi dari dunia, lingkungan yang mencekik dan sesak, di mana hidup adalah perjuangan sehari-hari tanpa harapan,” kata Turk.
Meski begitu, badan dunia ini hanya memiliki pengaruh yang terbatas terhadap Korea Utara karena China dan Rusia mendukung Korea Utara di Dewan Keamanan PBB.
Dewan ini tidak pernah mampu meloloskan resolusi apapun terhadap Korea Utara sejak 2017, karena China dan Rusia bersama-sama menggunakan hak veto mereka untuk menghentikan resolusi pada 2022 untuk menerapkan sanksi-sanksi baru terhadap uji coba rudal berkelanjutan oleh rejim Korea Utara.
Pada Rabu, China dan Rusia berupaya mencegah diskusi di Dewan Keamanan, tetapi gagal.
Situasi HAM di Korea Utara “bukan merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional” kata deputi Duta Besar China, Geng Shuang.
Duta Besar Rusia, Vasily Nebenzya menyebut “situasi yang memalukan di mana sekelompok kecil negara berupaya mengeksploitasi Dewan Keamanan, PBB, sebagai alat untuk mencapai agenda geopolitik mereka sendiri.” [ns/ka]
Forum