Protes yang memasuki hari ke-10 di Puerto Rico menentang Gubernur Ricardo Rossello yang terpojok berakhir pada Senin malam (22/7), dengan polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang berkumpul di dekat kediaman Gubernur di San Juan.
Kerumunan massa terdiri dari sekitar 500 ribu orang, termasuk penyanyi pop Ricky Martin dan para penghibur kelahiran Puerto Rico lainnya, memenuhi jalan-jalan ibukota untuk menuntut pengunduran diri Rossello.
Kemarahan publik merebak hampir dua pekan silam sewaktu Pusat Jurnalisme Investigasi Puerto Rico menerbitkan hampir 900 halaman obrolan online antara Rossello serta beberapa pembantu utama dan rekan-rekannya. Obrolan itu mencakup beberapa pernyataan vulgar yang mengandung hinaan terhadap para korban Badai Maria tahun 2017 yang menewaskan 3.000 orang dan membuat listrik padam di pulau itu selama berbulan-bulan. Obrolan itu juga memuat banyak cercaan misogini dan homofobia terhadap lawan-lawan politik Rossella.
Penerbitan obrolan itu menimbulkan kemarahan yang telah lama menggelegak di kalangan warga Puerto Rico yang telah muak dengan korupsi dan mismanajemen, yang membuat teritori Amerika itu berada di bawah kontrol badan pengawas yang ditugasi Kongres untuk memandunya keluar dari krisis utang miliaran dolar.
Rossello mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Progresif Baru dalam pidato yang ditayangkan televisi pada hari Minggu dan menyatakan tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilu 2020.
Presiden Donald Trump di Gedung Putih mengecam Rossello atas “kepemimpinannya yang sama sekali tidak kompeten” di Puerto Rico. Trump berselisih dengan Rossello dan para pejabat Puerto Rico lainnya terkait tanggapan pemerintah yang dinilai setengah hati dalam menghadapi Badai Maria. [uh/ab]