Nenek moyang Russ Higgins bermukim di sebidang tanah di pedesaan utara Illinois tahun 1858. Sejak itu, hampir 160 tahun yang lalu, tanaman yang selalu punya tempat di tanah mereka adalah gandum.
"Tanaman berikutnya akan dimulai setelah kami memanen tanaman kedelai tahun ini, mudah-mudahan dalam dua setengah sampai tiga minggu ke depan," kata Russ Higgins.
Tetapi tidak banyak tanaman gandum yang bisa dilihat di sekitar sini ... bukan hanya karena bukan musimnya, tapi karena tidak banyak petani menanamnya.
"Saya telah bercocok-tanam di Illinois lebih dari 20 tahun dan berkonsentrasi pada menanam jagung dan kedelai," tambah Higgins
Baik ataupun tidak, Higgins mengatakan iklim di Illinois utara tidak ideal untuk menanam gandum, dan karena ada sedikit petani yang memproduksinya, harganya menjadi terlalu mahal. Direktur Eksekutif Asosiasi Gandum Illinois, Jim Fraley, mengatakan faktor utama lain merosotnya produksi gandum AS adalah kompetisi global.
"Gandum tumbuh di negara-negara yang benar-benar terbelakang, tetapi hasilnya baik untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Jadi, AS harus bersaing dengan banyak negara," kata Jim Fraley.
Fraley mengatakan pengalaman masa lalu mempengaruhi keputusan masa depan petani.
"Banyak dari mereka masih ingat panen gandum sepuluh dan dua puluh tahun yang lalu, dimana mutunya buruk, dan tidak menguntungkan. Tetapi varietas gandum belakangan ini serta teknik pengelolaan yang bisa kami gunakan termasuk penggunaan obat anti jamur dan manajemen penyakit telah benar-benar membaik dalam beberapa tahun terakhir, dan ini membuat tanaman gandum kembali menguntungkan di Illinois," kata Fraley.
Jika harga jagung dan kedelai terus merugikan petani, kembalinya tanaman gandum mungkin menjadi solusinya. [ps/ii]