Setelah melahirkan, banyak ibu menderita ‘baby blues.' Ini adalah istilah bagi keadaan emosional yang tidak stabil, kecenderungan untuk sering menangis, sulit berkonsentrasi dan depresi.
Tak tanggung-tanggun, sekitar satu dari lima perempuan yang melahirkan mengalami sindrom ini. Tapi menurut sebuah studi baru, keadaan setelah kelahiran anak, di mana perhatian lebih banyak dicurahkan kepada bayi dan ibu baru, membuat sang ayah mengalami turut mengalami 'baby blues.'
Dr. James Paulson, seorang psikolog anak di Eastern Virginia Medical College, baru-baru ini mempelajari hasil dari 43 studi mengenai depresi yang dialami para ayah di seluruh dunia. Penemuannya sangat menarik.
“Kami menggunakan serangkaian teknik statistik dan objektif untuk mencari literatur atau bahan-bahan bacaan atau studi yang mempelajari tingkat depresi pada ayah. Sepuluh koma empat persen ayah mengalami depresi yang cukup besar. Sebagai perbandingan, di Amerika saja, hampir lima persen pria secara umum mengalami depresi,” kata Paulson.
Sementara perubahan hormon yang normal bisa mempengaruhi penderitaan perempuan, para ahli menduga perubahan gaya hidup mendadak setelah memiliki bayi mungkin memicu depresi yang dialami para ayah. Para ayah yang depresi, lebih mungkin berperilaku negatif dibanding istri-istri mereka, dan menurut Paulson, studi jangka panjang telah menunjukkan bahwa depresi pada ayah bisa menimbulkan konsekuensi serius terhadap keluarga dan anak-anak mereka.
“Kalau para ayah mengalami depresi, anak-anak mereka pada umur tiga setengah tahun cenderung memiliki masalah emosi dan tingkah laku. Pada usia tujuh tahun, anak-anak yang sama memiliki masalah kejiwaan yang lebih besar,” tambahnya.
Dan, apabila seseorang mengalami depresi, seringkali pasangannya juga ketularan.
“Depresi pada ibu dan pada ayah saling berkaitan. Kami menemukan ada korelasi positif, jelas, konsisten dan cukup kuat. Jadi yang bisa kami katakan adalah depresi pada ayah dan ibu memang saling berkaitan, " tambah Paulson.
Paulson menambahkan bahwa penyedia layanan kesehatan kini juga harus mencermati depresi yang terjadi pada para ayah.
“Kami, sebagai dokter, perlu menyadaribahwa depresi pasca persalinan adalah masalah penting pada pria, dan pria berisiko tinggi mengalami depresi ketika mereka menantikan kelahiran anak dan ketika mereka punya bayi di rumah," jelasnya.
Hasil riset Paulson dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association (JAMA).