Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melawat ke Jerman, Kamis (27/9), dalam usaha meredakan ketegangan antara kedua negara anggota NATO itu pada saat kesulitan ekonomi yang dihadapi Turki menimbulkan kecemasan yang kian berkembang di Eropa, dan Eropa membutuhkan dukungan Ankara untuk mengurangi arus migran.
Lawatan ini merupakan kunjungan kenegaraan resmi pertama Erdogan ke Jerman, yang menjadi rumah bagi lebih dari tiga juta orang keturunan Turki. Namun pemimpin yang semakin otoriter ini tidak mendapat sambutan positif di Jerman, yang memiliki hubungan yang sulit dengan Ankara dalam beberapa tahun terakhir.
Hubungan kedua negara semakin menegang tahun lalu hingga pada satu titik di mana Erdogan menyebut partai-partai utama Jerman musuh Turki, dan menuduh para pejabat di Berlin bertingkah seperti Nazi, sehingga mendorong Kanselir Angela Merkel mengecam kata-kata presiden Turki itu.
Pada saat bersamaan, kedua negara juga mengakui kepentinagn strategis bersama mereka, dan kedua pemimpin tampaknya berusaha mengubur rasa ketidaksukaan mereka terhadap satu sama lain menjelang lawatan Erdogan yang akan berlangsung hingga Sabtu itu.
“Turki adalah mitra penting bagi kami, dan juga mitra penting bagi Eropa,” kata juru bicara Merkel, Steffen Seibert, Rabu (26/9). Sementara itu, pada kolom opini di surat kabar FAZ, Erdogan mengatakan, kini saatnya mengesampingkan perbedaan dan berkonsentrasi pada kepentingan bersama Turki dan Jerman. [ab/uh]