Tautan-tautan Akses

Presiden Trump Berharap Dapat Capai Kesepakatan Denuklirisasi dengan Korut


Presiden AS Donald Trump (kiri) di Gedung Putih, Washington, 26 Februari 2018, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat menghadiri kongres partai di Pyongyang , Korea Utara, 9 Mei 2016. (AP Photo/Evan Vucci, Wong Maye-E, File).
Presiden AS Donald Trump (kiri) di Gedung Putih, Washington, 26 Februari 2018, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat menghadiri kongres partai di Pyongyang , Korea Utara, 9 Mei 2016. (AP Photo/Evan Vucci, Wong Maye-E, File).

Setelah pembicaraan informal rahasia, Amerika Serikat kini mendapat konfirmasi langsung dari Korea Utara bahwa pemimpin negara itu, Kim Jong-un, bersedia membahas denuklirisasi dengan Presiden Amerika Donald Trump. Akan tetapi para pakar menyampaikan kepada VOA bahwa definisi Pyongyang dan Washington mengenai denuklirisasi mungkin tidak sama.

Menurut Presiden Amerika Donald Trump, pembicaraan dengan Korea Utara mungkin berlangsung sedini Mei atau awal Juni.

"Saya pikir akan ada rasa hormat yang besar yang disampaikan kedua pihak dan mudah-mudahan kita dapat mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi Korea Utara. Mereka telah mengatakan demikian, kita pun telah mengatakan demikian, mudah-mudahan ini akan menjadi suatu hubungan yang sangat berbeda daripada sebelumnya selama bertahun-tahun ini,” kata Presiden Trump.

Baru kali ini Pyongyang menunjukkan isyarat langsung mengenai kesediaan untuk membahas arsenal nuklirnya dengan seorang presiden Amerika. Senjata telah lama menjadi ganjalan besar dalam hubungan antara kedua negara.

Amerika Serikat telah menggunakan kampanye berupa tekanan maksimum dan sanksi-sanksi ekonomi yang keras untuk membujuk Korea Utara agar meninggalkan program nuklirnya. Akan tetapi mungkin ada cara-cara lain.

Diplomat senior serta mantan Duta Besar Amerika untuk Turki dan Irak , James Jeffrey. (Foto: dok).
Diplomat senior serta mantan Duta Besar Amerika untuk Turki dan Irak , James Jeffrey. (Foto: dok).

James Jeffrey, diplomat senior serta mantan duta besar Amerika untuk Turki dan Irak yang kini bekerja bagi the Washington Institute itu mengatakan, "Apabila Amerika Serikat datang ke meja perundingan dan menyatakan, ‘Oke, materi agenda pertama adalah singkirkan semua senjata nuklir kalian,’ ini tidak akan menjadi diskusi yang produktif.”

Pyongyang telah menetapkan persyaratan yang tinggi pada masa lalu, di antaranya penarikan pasukan Amerika sepenuhnya dari Semenanjung Korea. Para analis menyatakan langkah semacam itu akan membuat Korea Selatan mudah diserang, menimbulkan kerugian besar bagi aliansi Amerika Serikat-Korea Selatan. Mengambil jalan tengah mungkin akan menjadi pendekatan yang paling baik.

James Jeffrey dari the Washington Institute menambahkan, "Ini bersifat timbal balik. Kita dapat menyatakan oke, mari kita awali dengan semua sanksi yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap negara Anda. Semua dibeberkan di meja perundingan. Apa yang akan Anda lakukan, Kim Jong-un, selain membekukan program nuklir Korea Utara untuk membuat sanksi-sanksi itu disingkirkan? Beri kami suatu kesepakatan. Begitulah menurut saya seharusnya.”

Denuklirisasi Korea Utara
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:03 0:00

Tetapi sementara Gedung Putih bersiap-siap untuk KTT yang bersejarah itu, mantan diplomat Amerika Thomas Countryman memperingatkan Trump agar tidak meremehkan sejawatnya dari Korea Utara.

Countryman mengatakan, "Ada dua hal krusial yang seharusnya dilakukan Presiden Trump. Salah satunya adalah mempersiapkan diri segiat mungkin mengingat Kim Jong-un akan mempersiapkan diri. Trump perlu menyimak para penasihat yang dapat menguraikan riwayat program Korea Utara, apa yang mereka miliki? Apa taktik perundingan mereka?.”

Para pakar menyatakan Gedung Putih dapat meniru pembicaraan antar-Korea sebagai model bagi perundingan pada masa mendatang.

Sejauh ini, belum ada tanggal atau lokasi yang diumumkan untuk KTT Amerika Serikat-Korea Utara itu. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG