Presiden Perancis Emmanuel Macron tiba di Baghdad, Rabu (2/9), untuk sebuah kunjungan resmi, menyusul lawatan dua harinya ke Lebanon.
Macron adalah kepala negara pertama yang berkunjung ke ibu kota Irak itu sejak PM Mustafa al-Kadhimi, mantan kepala dinas intelijen negara itu, membentuk pemerintahan baru Mei lalu. Pemimpin Perancis tersebut dijadwalkan akan bertemu dengannya dan dengan Presiden Barham Salih dalam kunjungan satu hari itu.
Berbicara Selasa malam (2/9) di Lebanon, Macron mengatakan, ia akan membahas kasus sejumlah warga negara Perancis yang ditahan di Irak terkait keterlibatan mereka dengan ISIS. Sebelas dari sejumlah warga negara Perancis yang ditahan itu diketahui telah divonis hukuman mati di Irak.
Al-Kadhimi, yang didukung AS, mulai menjabat 7 Mei sewaktu hubungan Baghdad dan Washington sedang genting. Pembunuhan seorang jenderal Iran, Qassem Soleimani, dan seorang pemimpin milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, lewat serangan pesawat nirawak AS di Baghdad mendorong munculnya tuntutan dari para legislator Syiah agar pasukan AS meninggalkan Irak.
Al-Kadhimi, seperti para pemimpin Irak sebelumnya, berada dalam posisi sulit terkait perseteruan AS-Iran. Ia mengunjungi Washington bulan lalu, dan melangsungkan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump. Ia mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk melakukan reformasi di sektor keamanan mengingat kelompok-kelompok milisi hampir setiap hari melangsungkan serangan untuk menumbangkan pemerintahannya.
Pemerintahan al-Kadhimi mewarisi banyak krisis. Kas negara yang sangat tergantung pada minyak ini menipis menyusul menurunnya harga minyak dunia secara drastis. Wabah virus corona ikut memperparah situasi ekonomi yang buruk pada saat ini. [ab/uh]