Presiden Korea Selatan menyerukan agar Pyongyang memberikan jaminan keamanan bagi sekelompok pengungsi Korea Utara yang dipulangkan paksa dalam usaha yang tampaknya hasil kerjasama Laos, China dan Korea Utara.
Kesembilan warga negara Korea Utara, yang berusia antara 15 dan 23 tahun itu, sebelumnya sempat bersembunyi di China setelah melarikan diri dari negara mereka pada tahun 2011. Mereka ditahan pada 10 Mei di Laos, dimana mereka sedang menyusun rencana untuk masuk ke Korea Selatan sebagai pengungsi. Pemerintah Laos mengirim kelompok itu kembali ke China tanggal 27 Mei. Mereka kemudian diterbangkan ke Korea Utara keesokan harinya.
Kementerian Luar Negeri Laos mengeluarkan pernyataan, Senin, yang mengatakan bahwa orang-orang Korea Utara itu telah memasuki Laos secara ilegal dan ditemani dua warga Korea Selatan yang pernah melakukan penyelundupan manusia. Kementerian itu mengukuhkan telah menyerahkan kesebelas warga Korea itu ke kedutan besar mereka masing-masing pekan lalu.
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye menyatakan prihatin mengenai situasi yang dihadapi kesembilan warga Korea Utara itu dengan mengatakan bahwa pemulangan mereka secara paksa merupakan insiden yang sangat disesalkan yang seharusnya tidak terjadi. Park mengatakan, semua orang memiliki hak menikmati kebebasan sejak mereka dilahirkan dan hak itu tidak bisa dicabut atau dilanggar.
Kementerian Luar negeri Korea Selatan sendiri menghadapi kritikan karena dianggap tidak dapat membantu orang-orang Korea Utara tersebut, meskipun mengetahui penangkapan mereka di Laos.
Asia Tenggara sering menjadi rute transit bagi warga Korea Utara yang melarikan diri dari negara mereka dengan melintas masuk ke China dan bermaksud menetap di Korea Selatan.
Para pejabat pemerintah Korea Selatan mengatakan isu pemulangan paksa oleh China akan diangkat ketika Presiden Park melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing bulan ini.
Kesembilan warga negara Korea Utara, yang berusia antara 15 dan 23 tahun itu, sebelumnya sempat bersembunyi di China setelah melarikan diri dari negara mereka pada tahun 2011. Mereka ditahan pada 10 Mei di Laos, dimana mereka sedang menyusun rencana untuk masuk ke Korea Selatan sebagai pengungsi. Pemerintah Laos mengirim kelompok itu kembali ke China tanggal 27 Mei. Mereka kemudian diterbangkan ke Korea Utara keesokan harinya.
Kementerian Luar Negeri Laos mengeluarkan pernyataan, Senin, yang mengatakan bahwa orang-orang Korea Utara itu telah memasuki Laos secara ilegal dan ditemani dua warga Korea Selatan yang pernah melakukan penyelundupan manusia. Kementerian itu mengukuhkan telah menyerahkan kesebelas warga Korea itu ke kedutan besar mereka masing-masing pekan lalu.
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye menyatakan prihatin mengenai situasi yang dihadapi kesembilan warga Korea Utara itu dengan mengatakan bahwa pemulangan mereka secara paksa merupakan insiden yang sangat disesalkan yang seharusnya tidak terjadi. Park mengatakan, semua orang memiliki hak menikmati kebebasan sejak mereka dilahirkan dan hak itu tidak bisa dicabut atau dilanggar.
Kementerian Luar negeri Korea Selatan sendiri menghadapi kritikan karena dianggap tidak dapat membantu orang-orang Korea Utara tersebut, meskipun mengetahui penangkapan mereka di Laos.
Asia Tenggara sering menjadi rute transit bagi warga Korea Utara yang melarikan diri dari negara mereka dengan melintas masuk ke China dan bermaksud menetap di Korea Selatan.
Para pejabat pemerintah Korea Selatan mengatakan isu pemulangan paksa oleh China akan diangkat ketika Presiden Park melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing bulan ini.