Presiden Isaac Herzog, pada Minggu (12/2), meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menunda rencana yang ditentang sebagian besar warga Israel untuk merombak sistem yudisial Israel. Ia juga menyerukan Netanyahu agar berusaha berkompromi dengan lawan-lawan politiknya.
Herzog menerbitkan seruan itu dalam sebuah pidato yang disiarkan ke seluruh negara sehari sebelum koalisi Netanyahu melakukan langkah pertama bagi pelaksanaan rencana perombakan tersebut melalui pemungutan suara di parlemen.
Reformasi yang diusulkan telah memicu demonstrasi massal, penentangan oleh sebagian besar masyarakat Israel, dan serta mengundang kritik dari Presiden Joe Biden yang mengatakan demokrasi Israel dibangun berdasarkan konsensus dan sistem hukum yang independen.
“Saya merasa, kita semua merasa, bahwa kita berada pada momen sebelum terjadinya perpecahan, yang bahkan dapat disertai kekerasan,” kata Herzog.
Jabatan Herzog bersifat simbolis. Tetapi jabatan presiden di Israel juga berfungsi sebagai pemersatu dan panutan bagi sebuah negara yang sangat terpecah.
Belum ada tanggapan dari Netayahu terhadap pidato tersebut.
Netanyahu dan pendukungnya mengatakan perubahan itu diperlukan untuk mengendalikan cabang yudisial yang dinilai memiliki kekuasaan terlalu besar.
Tetapi pengecam Netanyahu mengatakan, rencana tersebut, yang memuat proposal untuk memperlemah Mahkamah Agung, akan merusak sistem demokrasi Israel yang rentan.
Mereka juga berpendapat bahwa Netanyahu, yang sedang menghadapi peradilan karena tuduhan korupsi, didorong oleh motif pribadi karena tidak menyukai sistem hukum yang berlaku saat ini dan ia beserta sekutu-sekutunya mempunyai konflik kepentingan. [jm/ka]
Forum