Tautan-tautan Akses

Presiden ICC Ingin Perbaiki Hubungan dengan AS dan Bantah Kritik Soal Afrika


Hakim Chile Eboe-Osuji duduk di ruang sidang sebelum persidangan terhadap Wakil Presiden Kenya William Ruto dan Joshua menangkap Sang di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag 10 September 2013. (Foto: Reuters)
Hakim Chile Eboe-Osuji duduk di ruang sidang sebelum persidangan terhadap Wakil Presiden Kenya William Ruto dan Joshua menangkap Sang di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag 10 September 2013. (Foto: Reuters)

Setelah Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC mendapat kritik di Amerika dan benua Afrika, Hakim Chili Eboe-Osuji yang juga Presiden ICC mengatakan dia berharap persoalan itu dapat diatasi.

Dalam sebuah interview dengan VOA, Eboe-Osuji mendorong pemerintah AS untuk mengingat peran yang dilakukannya dalam mendukung pengadilan kejahatan perang usai Perang Dunia Kedua dalam persidangan Nuremberg dan beberapa persidangan baru-baru ini di Rwanda dan Yugoslavia.

Amerika tidak pernah meratifikasi Perjanjian Roma yang menjadi dasar pembentukan pengadilan itu tahun 1998. Baru-baru ini, pengacara pribadi Presiden Donald Trump, Jay Sekulow, datang ke kantor pusat ICC bersama sejumlah pengacara dari American Center for Law and Justice. Lembaga tersebut adalah organisasi hukum yang mengadvokasi kebebasan beragama dan kebebasan berpendapat.

Kunjungan itu merupakan bagian dari upaya menghentikan investigasi atas pasukan Amerika di Afghanistan yang dituduh melakukan kejahatan perang tahun 2003 dan 2004. Eboe-Osuji mengaku “terkejut” Amerika bersikap bermusuhan pada pengadilan, karena aturan hukum dan independensi yudisial adalah landasan sistem peradilan Amerika Serikat.

Eboe-Osuji berada di Washington pekan lalu untuk memberi kuliah umum tentang aturan hukum dalam acara untuk mengenang almarhum anggota Kongres Amerika Tom Lantos.

Eboe Osuji juga sangat membela ICC dari tuduhan telah menyasar lebih banyak orang Afrika secara tidak adil. Pada tahun 2016 lalu sejumlah negara mengancam untuk menarik diri dari ICC meski pada akhirnya hanya Burundi yang mundur. Saat ini ada 33 negara Afrika yang menjadi anggota ICC.

Eboe-Osuji mengatakan, orang-orang yang mengkritik ICC biasanya adalah orang-orang berkuasa di Afrika, bukan korban kejahatan perang.[ti/ii]

XS
SM
MD
LG