China harus waspada terhadap infiltrasi asing melalui agama dan menghentikan "para ekstremis" menyebarkan ideologi mereka, ujar Presiden Xi Jinping dalam pertemuan tingkat tinggi mengenai pengelolaan agama, menurut media pemerintah hari Minggu (24/4).
China juga harus mengelola internet untuk mempromosikan teori-teori dan kebijakan religius Partai Komunis, menurut kantor berita Xinhua yang mengutip Xi.
"Kita harus secara tegas menolak infiltrasi asing lewat jalan agama dan menjaga pelanggaran ideologi oleh para ekstremis," ujar Xi seperti dikutip Xinhua, dalam konferensi nasional dua hari mengenai agama yang berakhir Sabtu.
Partai Komunis yang berkuasa mengatakan mereka melindungi kebebasan beragama, tapi mengawasi dengan ketat aktivitas-aktivitas religius dan hanya mengizinkan lembaga-lembaga agama yang resmi diakui untuk beroperasi.
Pemerintah prihatin dengan pengaruh Islamis yang menurut mereka semakin meningkat di wilayah Xinjiang di bagian barat, di mana ratusan orang telah terbunuh dalam beberapa tahun terakhir dalam kekerasan antara anggota komunitas Muslim Uighur dan etnis Han yang merupakan mayoritas.
Para pejabat di sana telah memperketat aturan dengan melarang simbol-simbol beragama, seperti kerudung atau janggut.
Secara terpisah, beberapa kelompok Kristen China mengatakan pihak berwenang telah membatasi aktivitas mereka dan menurunkan salib-salib dari gereja-gereja di provinsi Zhejiang.
Pihak berwenang mengatakan salib dicopot karena melanggar aturan mengenai bangunan ilegal.
Demonstrasi pecah tahun 2014 di kota Wenzhou, Zhejiang, yang memiliki banyak warga beragama Kristen, karena kampanye penghancuran salib oleh pemerintah.
Bulan Januari, pihak berwenang juga mengatakan seorang pastor Kristen diselidiki atas dugaan penggelapan uang. Penyelidikan dilakukan setelah pastor itu menolak kampanye untuk menurunkan salib.
Para anggota Partai Komunis harus mematuhi prinsip-prinsip Marxist dan tetap setia menjadi ateis, ujar Xi dalam pernyataannya. [hd/dw]