Prancis tidak ikut serta dalam koalisi AS-Inggris yang melakukan serangan udara terhadap pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Keputusan itu diambil karena Paris ingin menghindari terjadinya eskalasi di kawasan, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron, pada hari Selasa (16/1).
“Prancis telah memutuskan untuk tidak bergabung dengan koalisi yang telah melakukan serangan pencegahan terhadap kelompok Houthi di wilayah mereka. Mengapa? Justru karena kami memiliki posisi yang berupaya menghindari eskalasi apa pun,” kata Macron kepada wartawan, sambil menekankan bahwa pokok permasalahannya bukanlah isu “militer,” melainkan “diplomatik.”
Macron mengatakan dalam konferensi pers bahwa pendekatan Prancis di Laut Merah bersifat defensif dan Paris akan tetap berpegang pada pendirian ini.
Sementara itu, Amerika Serikat tidak memperkirakan serangannya terhadap pemberontak Houthi Yaman akan menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok tersebut di Laut Merah, kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan di Forum Ekonomi Dunia (WEF), hari Selasa.
“Kami memobilisasi koalisi negara-negara untuk melakukan serangan guna melemahkan kemampuan Houthi sehingga kemampuan mereka untuk melakukan serangan yang berkelanjutan dan kompleks menjadi lebih sulit seiring berjalannya waktu,” kata Sullivan.
Militer AS melancarkan serangan baru pada hari Selasa terhadap rudal balistik anti-kapal di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, ketika sebuah rudal menghantam kapal milik Yunani di Laut Merah.
Gangguan terhadap pelayaran Laut Merah yang disebabkan oleh serangan Houthi akan mendorong kenaikan harga barang-barang konsumsi, terutama di Eropa, menurut salah seorang pejabat perusahaan operator pelabuhan dan angkutan DP World, seiring meningkatnya dampak terhadap perdagangan. [rd/rs]
Forum