Populasi Venesia, kota kanal Renaissance di Italia, telah mengalami penurunan selama beberapa tahun ini. Pada saat yang sama, jumlah wisatawan terus meningkat dan banyak warga Venesia keberatan jika kota mereka berubah menjadi apa yang disebut oleh banyak kritikus sebagai “Disneyland on Water.”
Keberatan terbesar mereka adalah dengan kedatangan kapal pesiar raksasa yang berlabuh di St. Mark's Square. Sabina Castelfranco melaporkan dari Roma tentang dilema kehadiran kapal pesiar itu bagi kota Venesia dan perekonomiannya.
Warga Venesia telah sejak lama menyebut kapal pesiar raksasa yang berlabuh di kota mereka sebagai “monster,” karena banyak yang menilai kapal besar di laguna itu tidak saja merusak pemandangan tetapi juga mengalihkan air dalam jumlah besar dan merusak fondasi gedung-gedung era Renaissance yang cantik di kota itu.
Hampir 99% dari 18.000 warga Venesia yang mengikuti referendum tidak resmi yang dilangsungkan oleh kelompok kampanye “No Big Ships” pada Juni 2017 lalu mengatakan mereka ingin kapal itu tidak berlabuh di kota itu. Kurang dari enam bulan kemudian dan berkat desakan intensif warga, pemerintah Italia mengumumkan bahwa kapal berbobot 96.000 ton itu akan dilarang memasuki St. Mark dan harus berlabuh di tempat lain.
Kini pertanyaan yang masih tersisa, yang umumnya disampaikan industri kapal pesiar, adalah apa arti pembatasan itu bagi perekonomian Venesia dan Italia pada umumnya.
Jajaran kapal pesiar mengatakan mereka berkepentingan melindungi lokasi yang ingin mereka tunjukkan pada para wisatawan dan membela kehadiran mereka di Venesia dengan menunjukkan keuntungan ekonomi yang dibawa kapal itu kota pelabuhan tersebut. Berbicara pada wartawan di Roma,
Presiden Cruise Lines International Association Roberto Martinoli mengatakan, industri kapal pesiar itu mewakili hampir 3% pendapatan Venesia dan hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Ditambahkannya, kapal-kapal pesiar itu seharusnya tidak dipersalahkan karena masalah yang dihadapi Venesia, apalagi karena kehadirannya hanya mewakili kurang dari 10% lalu lintas di laguna itu.
Martinoli lebih jauh mengatakan kapal pesiar itu bukanlah “kejahatan terbesar” yang disebut-sebut bertanggungjawab atas kepadatan di kota itu. Penumpang kapal pesiar hanya 5% dari jumlah wisatawan di Venesia, bahkan jumlahnya kini berkurang seperempat dari puncaknya lima tahun lalu.
Meskipun demikian tidak mudah meyakinkan warga Venesia yang mengatakan bahwa kerusakan akibat kapal-kapal pesiar – khususnya terhadap lingkungan hidup – melebihi keuntungan ekonomi apapun dari kehadiran wisatawan yang begitu menggilai museum, restoran dan toko-toko suvenir murah di kota itu.
Dalam demonstrasi awal tahun ini, Stefano Micheletti di Komite “No Big Ships” menunjukkan sentimen yang sama dengan kebanyakan warga Venesia.
Stefano Micheletti mengatakan kapal-kapal besar tidak boleh berlabuh di laguna itu karena masalah ini bukan sekedar soal mengganggu pemandangan di St. Mark Square atau potensi terjadinya kecelakaan, tetapi tentang ekosistem di laguna itu. Kapal-kapal itu harus menjauh, tambahnya, karena mereka adalah penyebab utama polusi yang merusak kota bersejarah tersebut. (em)