Persaingan kepentingan di Arktik menjadi agenda utama ketika Menteri Luar Negeri AS mengunjungi Denmark, Rabu (22/7), setahun setelah negara-negara itu menolak tawaran Presiden Donald Trump untuk membeli Greenland.
Menyusul kunjungannya ke Inggris sambil menyerukan "seluruh dunia" agar bertindak tegas pada China, Mike Pompeo mendesak "negara-negara bebas" untuk "mengabadikan nilai-nilai bersama seperti kebebasan, transparansi, kedaulatan, dan keberlanjutan di wilayah Arktik".
"Misi ini semakin mendesak karena persaingan baru yang dihadapi di wilayah ini dari beberapa negara yang tidak selalu taat pada atura, jika memang ada," kata Pompeo dalam konferensi pers bersama bersama rekannya dari Denmark, Jeppe Kofod.
Pompeo juga mengkritik, seperti yang ia lakukan sebelumnya, China yang memposisikan diri sebagai negara yang dekat Kutub Utara.
Pada 2018, China meluncurkan sebuah visi untuk "Jalan Sutera Kutub," (Polar Silk Road) dan pada tahun yang sama sebuah perusahaan konstruksi milik pemerintah China mengajukan sebuah tawaran renovasi beberapa bandara di Greenland, wilayah Kutub Utara yang luasnya lebih dari dua juta kilometer persegi.
"Saya pikir kita semua naif," Pompeo mengakui.
"Saya pikir kita semua agak naif ketika menonton, tidak hanya Rusia tapi kepentingan China juga di sana, bersaing untuk menjadi lebih unggul dan lebih agresif."
Pompeo juga menambahkan, "Lebih baik kita pastikan untuk menanggapi hal itu untuk meningkatkan kemakmuran dan keamanan bagi Amerika Serikat dan juga rakyat Denmark."
Greenland, wilayah Denmark yang otonom, akhirnya memilih untuk bekerjasama dengan Kopenhagen, sebagaimana laporan media mengutip kekhawatiran bahwa investasi China yang mengganggu Washington, sebagai salah satu alasan keputusan tersebut.
Setelah pertemuan pertama dengan Perdana Menteri Mette Frederiksen, Pompeo melakukan pembicaraan dengan Kofod, bergabung dengan perwakilan urusan luar negeri untuk Greenland dan Kepulauan Faroe, keduanya merupakan wilayah otonom Denmark.
Kofod memaparkan bahawa Denmark menganggap AS sebagai "sekutu yang benar-benar terdekat" dan berkontribusi dengan kehadiran sejumlah pasukan untuk misi NATO di Afghanistan, Irak dan Libya.
Akan tetapi hubungan itu menghadapi beberapa kendala pada Agustus 2019 ketika Trump melayangkan gagasan bahwa AS ingin membeli Greenland, wilayah Arktik yang otonom itu. [mg/pp]