Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Muhammad Iqbal kepada wartawan mengatakan lembaganya akan tetap mewaspadai kemungkinan munculnya aksi teror selama perayaan malam pergantian Tahun Baru 2018.
Antisipasi menurut Iqbal perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat meskipun tim Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri dalam sebulan terakhir manangkap terduga teroris. Masyarakat menurut Iqbal harus peka dan ikut peduli terhadap lingkungan dengan memperhatikan dan mengenali tetangga di tempat tinggal masing-masing.
Pengurus rukun warga (RW) dan rukun tentangga (RT) juga didorong lebih memperhatikan warganya.
Menurutnya Polri akan mengamankan semua tempat termasuk pengamanan terhadap semua tempat kegiatan ibadah, stasiun, area pabrik dan juga objek-objek vital.
"Kepolisian kami memang melakukan aksi-aksi strategis dalam pola pengamanan tetapi elemen masyarakat juga penting bagi kami. Kenapa? masyarakat jelas melakukan hal-hal yang penting menyampaikan informasi terus melakukan juga hal yang sederhana tetapi sangat baik untuk mengantisipasi aksi-aksi teror seperti misalnya satuan-satuan pengamanan, tempat-tempat hiburan, mall dan lain-lain. Terus waspada jadi tidak underestimate melihat Alhamdulillah natal selesai terus aman," ujar Iqbal.
Iqbal menyatakan Tim Detasemen Khusus 88 Mabes Polri dan tim lainnya terus bekerjasama menciptakan rasa aman agar masyarakat bisa beribadah dan merayakan pergantian tahun. Iqbal meminta masyarakat tidak berlebihan dalam merayakan pergantian tahun nanti
"Penjagaan-penjagaan satu pun tidak kita kurangi bahkan kita lebihkan.Hadirnya polisi, TNI dan hadirnya teman-teman dari banser bukan dalam konotasi kok mencekam, tidak. Kita sahabat masyarakat, polisi tampil kondisi aman dan kondusif," tambahnya.
Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib mengatakan polisi tidak boleh lengah. Upaya antisipasi tambahnya tetap harus dilakukan. Penangkapan sejumlah teroris dalam sebulan terakhir ini merupakan bagian dari pengamanan total yang dilakukan kepolisian.
"Kalau sekarang simultan masif menurut saya ini merupakan bagian dari antisipasi. Jangan sampai kemudian ada perencanaan-perencanaan sudah dilakukan oleh kelompok teror yang polisi tidak tahu," tutur Ridwan.
Dua tahun lalu, perayaan Natal dan Tahun Baru 2016 juga kondusif. Namun serangan teror justru muncul pada pekan kedua 2016. Januari 2016, empat orang secara terpisah meledakan pos lalu lintas dan sudut café Starbuck di seberang Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Para pelaku diduga anggota Jamaah Ansharut Daulah, kelompok yang didirikan oleh Aman Abdurrahman, terpidana terorisme pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh. Aman telah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Aman kini mendekam di Penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. [fw/em]