Tautan-tautan Akses

Polo Ralph Lauren Luncurkan Busana Ramah Lingkungan


Foto close up yang memperlihatkan logo pemain polo dari perancang busana asal AS, Ralph Lauren, yang dijahitkan pada selambar kaos di toko busana di Frankfurt, Jerman, 15 Maret 2016 (foto: Reuters/Kai Pfaffenbach)
Foto close up yang memperlihatkan logo pemain polo dari perancang busana asal AS, Ralph Lauren, yang dijahitkan pada selambar kaos di toko busana di Frankfurt, Jerman, 15 Maret 2016 (foto: Reuters/Kai Pfaffenbach)

Polo Ralph Lauren hari Kamis meluncurkan versi kaus polo nya yang ikonik yang seluruhnya terbuat dari hasil daur ulang botol plastik dan pewarnaan yang prosesnya sama sekali tidak menggunakan air.

David Lauren, putra bungsu pendiri perusahaan dan sekaligus kepala inovasinya mengatakan kepada The Associated Press sebelum pengumuman model kaus tersebut bahwa busana yang baru ini adalah bagian dari strateginya secara luas terkait tujuan pelestarian yang baru di keseluruhan proses manufaktur.

“Setiap hari kami mempelajari apa yang terjadi dengan pemanasan global dan apa yang terjadi di seluruh dunia, dan para karyawan kami serta para pelanggan kami benar-benar merasakan inilah saatnya untuk bertindak lebih dan membuat perbedaan,” ujar Lauren.

Polo bukanlah merek yang pertama. Merek-merek lain yang tidak seterkenal Polo di seluruh dunia menggunakan bahan-bahan yang peruntukannya diubah dan bahan-bahan daur ulang. Dalam kaitannya dengan pengumuman busana merek Earth Polo, Ralph Lauren berkomitmen untuk menghilangkan setidaknya 170 juta botol dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan permukaan samudra menjelang tahun 2025. Proses manufaktur kaus itu akan dilakukan di Taiwan, dimana botol-botol plastik itu akan dikumpulkan. Setiap helai kaus rata-rata akan menggunakan 12 buah botol plastik.

Kaus-kaus itu akan diproduksi dalam kemitraan bersama First Mile, sebuah organisasi yang mengumpulkan botol-botol itu dan mengubahnya menjadi benang, dan akhirnya, bahan pakaian. Serat-serat yang baru itu akan juga digunakan untuk kaus olah raga yang sudah ada dan dibuat dari serat polyester, yang populer karena kemampuannya untuk menyerap kelembaban.

Earth Polo mulai dijual hari Kamis, sebelum peringatan Hari Bumi (22/4) pada hari Senin, lewat RalphLauren.com dan toko-toko pengecer di seluruh dunia. Kaus itu tersedia dalam gaya baik untuk pria maupun wanita dalam warna hijau, putih, biru tua, dan biru muda. Harga kaus itu kurang lebih sama dengan model kaus Polo lainnya.

Ralph Lauren telah mengambil inisiatif di bidang lingkungan selama bertahun-tahun, namun perusahaan itu telah memperkenalkan strategi yang lebih signifikan yang ditujukan untuk mengubah budaya perusahaan dan cara perusahaan berpikir tentang kaus-kaus yang diproduksinya. Upaya itu termasuk rantai pasokan yang baru dan pejabat yang bertanggung jawab di bidang keberlanjutan usaha, Halide Alagoz, yang mengatakan rincian yang lebih lengkap akan dirilis pada bulan Juni.

“Saat ini kami tengah melakukan penyegaran pada pendekatan kami dan kerangka kerja terkait keberlanjutan usaha kami,” ujarnya.

Di antara tujuan-tujuan perusahaan yang lain: pemanfaatan kapas yang berasal dari 100% budidaya perkebunan lestari menjelang tahun 2025 dan bahan pengemas yang 100% dapat didaur ulang atau berasal dari material yang mengutamakan kelestarian lingkungan menjelang tahun yang sama.

Produsen-produsen busana yang lain juga semakin agresif dalam menjalankan strategi yang ramah lingkungan.

Akhir tahun lalu, Burberry dan H&M menjadi merek-merek pemangku kepentingan produsen busana yang menandatangani piagam yang disebut sebagai Fashion Industry Charter for Climate Action, yang diluncurkan saat Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP24, di Polandia. Piagam itu berisi visi untuk mencapai nol emisi netto menjelang tahun 2050. Ralph Lauren tidak ikut menandatangani namun sedang menjajaki seruan aksi tersebut.

Sedangkan untuk Earth Polo, ancaman serius yang dihadapi lingkungan samudra saat ini adalah adanya triliunan plastik berukuran kecil dan serat mikro non-plastik yang dibalut bahan kimia yang mengalir dari mesin cuci melalui pembuangan air, yang mengancam ikan-ikan kecil dan kehidupan laut lainnya seperti, anemon. Alagoz mengatakan Ralph Lauren bekerja sama bersama para pakar yang mengatakan dampak dari pengubahan botol plastik menjadi serat mikro daur ulang “jauh lebih kecil dibandingkan botol yang dibuang ke lautan.”

Pertanyaan yang lebih luas adalah kemampuan serat-serat semacam itu untuk dapat terurai di alam masih belum terpecahkan. Untuk Polo Earth, ini adalah masalah daur ulang dan pemanfaatan ulang, ujar Lauren.

“Ada begitu banyak hal di dunia ini yang dapat merugikan lingkungan. Bahan apapun yang dapat diubah menjadi benang, akan kami jajaki dan anggap sebagai peluang lain,” ujarnya. “Saat ini, kami tengah mencoba untuk memastikan bahwa apa yang kami produksi bermanfaat semaksimal mungkin untuk lingkungan, atau paling tidak membantu mengatasi masalah lain. Apakah kami menciptakan masalah yang baru? Saya rasa kami menciptakan solusi, atau paling tidak mencoba untuk menemukan solusi.” [ww/fw]

XS
SM
MD
LG