Polisi antihuru-hara pada hari Rabu (11/1) bergerak menuju sebuah desa di bagian barat Jerman untuk mengusir para aktivis iklim yang bersembunyi di sana dalam upaya untuk mencegah penghancuran desa tersebut demi perluasan sebuah tambang batu bara.
Beberapa batu dan kembang api dilemparkan ketika petugas memasuki dusun kecil bernama Luetzerath, yang telah menjadi titik perdebatan aksi iklim, di mana para pengunjuk rasa menolak mematuhi putusan pengadilan hari Selasa (10/1) yang secara efektif melarang mereka memasuki daerah tersebut.
Puluhan aktivis tetap berkemah di desa itu – beberapa di antaranya di dalam rumah-rumah pohon – ketika polisi secara perlahan memindahkan barikade di dekat pintu masuk yang berlumpur.
Beberapa aktivis membaca buku atau bermain akordion sambil bertengger di atas sebuah tripod kayu setinggi 3 meter.
Juru bicara kepolisian, Andreas Muller, mengatakan bahwa terjadi sejumlah “kejadian buruk” pada pagi hari ketika beberapa pengunjuk rasa “melemparkan batu dan bom molotov” ke arah polisi, namun sebagian besar di antara mereka berunjuk rasa secara damai.
Polisi mengusir puluhan aktivis dari sebuah penghalang jalan. Beberapa pergi secara sukarela, sementara lainnya harus diangkut.
Para pegiat mengatakan bahwa penghancuran desa untuk perluasan tambang batu bara Garsweiler di dekat lokasi itu akan menghasilkan gas emisi rumah kaca dalam jumlah besar.
Penelitian memperkirakan bahwa sekitar 110 juta ton batu bara dapat ditambang dari wilayah Luetzerath.
Pemerintah dan perusahaan energi RWE mengatakan bahwa batu bara itu diperlukan untuk menjamin keamanan energi Jerman, yang sekarang terjepit pemangkasan pasokan gas Rusia akibat perang di Ukraina.
Kritikus mengatakan, membakar batu bara dalam jumlah besar akan mempersulit Jerman, juga dunia, untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius seperti yang disepakati dalam Perjanjian Iklim Paris 2015. [rd/lt]
Forum