Kepolisian Metropolitan London, Minggu (14/3), berada di bawah tekanan hebat untuk menjelaskan langkah-langkah yang diambil dalam sebuah acara mengenang kematian seorang perempuan. Dalam kasus pembunuhan itu, salah seorang polisi dituduh sebagai pelaku.
Ratusan orang berkumpul untuk memprotes aksi kekerasan terhadap perempuan itu, tetapi unjuk rasa itu berakhir dengan bentrokan antara polisi dan mereka yang hadir. Demo tersebut melanggar pembatasan sosial untuk meredam penyebaran virus corona.
Menteri Dalam Negeri Priti Patel mengatakan apa yang terjadi pada Sabtu (13/3) malam di bagian selatan London itu “menjengkelkan” dan akan berupaya mendapatkan laporan lengkap tentang hal itu dari Kepolisian Metropolitan London.
Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan “tanggapan polisi kadang tidak tepat atau tidak proporsional.”
Polisi bentrok dengan sejumlah perempuan yang mengikuti acara itu, dan seorang perempuan tampak dipiting di tanah oleh dua polisi. Sebagian perempuan yang ditangkap tampak diborgol ketika dibawa pergi. Tindakan itu berlangsung sementara para pengunjuk rasa meneriakkan kata “shame on you?” pada polisi. Polisi kemudian mengatakan empat orang ditangkap karena melanggar ketertiban umum dan aturan-aturan terkait virus corona.
Membela tindakan personelnya, Asisten Komisaris Helen Ball mengatakan “ratusan orang berkumpul bersama,” menimbulkan risiko sangat nyata untuk menularkan virus. Ditambahkannya, polisi telah berulangkali menyerukan pada mereka yang berunjuk rasa untuk bubar, tetapi “sebagian kecil” orang meneriaki polisi, mendorong dan melemparkan benda-benda.
“Kami menerima jika tindakan aparat kami dipertanyakan,” ujar Ball. “Tentu saja kami tidak ingin berada di posisi di mana diperlukan tindakan penegakan hukum. Namun, kami ditempatkan dalam posisi ini karena kebutuhan utama untuk melindungi keselamatan orang lain.”
Banyak di antara para pengunjuk rasa yang hadir waspada terhadap polisi karena salah seorang personel Kepolisian Metropolitan, Wayne Couzens, didakwa atas penculikan dan pembunuhan Sarah Everard.
Everard, perempuan berusia 33 tahun, hilang pada 3 Maret lalu dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia ditemukan seminggu kemudian dalam keadaan tidak bernyawa.
Kasus itu telah memicu demonstrasi nasional dan perdebatan sengit tentang keselamatan perempuan.
Couzens, yang berusia 48 tahun, hadir di pengadilan untuk pertama kalinya pada Sabtu (13/3). Dia dijadwalkan akan dihadirkan kembali pada Selasa (16/3) sebuah pengadilan tindak pidana di pusat Kota London.
Kepolisian Metropolitan mengatakan “sangat terusik” bahwa salah seorang personel mereka menjadi tersangka dalam pembunuhan itu. Mereka mengatakan Couzens bergabung dengan kepolisian itu pada 2018 dan baru-baru ini ditugaskan di komando perlindungan diplomatik dan parlemen, suatu unit bersenjata yang bertugas menjaga kedutaan-kedutaan besar di ibu kota London dan parlemen.
Everard terakhir kali terlihat berjalan kaki dari apartemen temannya di bagian selatan London pada 3 Maret, sekitar pukul 22.30. Tubuhnya ditemukan di sebuah kawasan semak-semak di Kent, lebih dari 50 mil di bagian tenggara London pada Rabu (10/3) pekan lalu. Polisi mengatakan pemeriksaan jenazah atau post-mortem masih berlangsung. [em/jm]