MANILA —
Pejabat-pejabat polisi mengatakan para pemeras menjalankan operasi mereka dengan cara-cara yang dilakukan pusat-pusat informasi telepon di Taguig City di dekat Manila.
Para tersangka diduga memikat laki-laki yang kebanyakan lanjut usia ke situs-situs yang memuat gambar perempuan berpakaian minim, kemudian memikat mereka dengan interaksi obrolan video kamera dan cybersex.
Polisi mengatakan kelompok itu diam-diam merekam interaksi tersebut dan kemudian mengancam untuk mengungkap identitas korban dan mengunggah rekaman video itu ke internet. Kelompok ini diduga memeras korbannya dengan memaksa mereka membuat video seks lagi untuk website itu atau membayar $ 500 sampai $ 2000 supaya video-videonya jangan dipasang di website.
Dalam konferensi pers bersama beberapa badan kepolisian internasional di Manila, Direktur Interpol Sunjay Virman mengatakan ini pertama kalinya Interpol "terlibat dalam penyelidikan kasus cybersex sebesar ini."
“Jaringan “sextortion” atau pemerasan seksual ini sangat besar dan dijalankan dengan hanya satu tujuan, meraup uang meskipun mengakibatkan kerusakan emosional pada korban-korban mereka,” kata Virman.
Sejumlah tertuduh yang ditahan di Filipina terancam denda $ 112 ribu ditambah kurungan penjara 12 tahun.
Polisi mengatakan sedikitnya satu orang, Daniel Perry, remaja berusia 17 tahun dari Skotlandia, melakukan bunuh diri karena ia berulang kali diancam videonya akan disebar ke internet.
Kepolisian Filipina mengatakan penyelidikan itu dimulai dalam pertemuan pertama Kelompok Kerja Interpol Eurasia bulan November lalu. Dalam pertemuan itu mereka mengetahui tentang korban-korban pemerasan seksual dari Hong Kong, Indonesia, Singapura, Filipina, Amerika Serikat dan Inggris. Mereka juga menduga ada korban di Malaysia, Korea Selatan dan Australia.
Atase Penyelidikan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika, William Wallrapp, mengeluarkan peringatan keras.
“Bagi orang-orang yang masih terlibat dalam kegiatan semacam ini, baik di Filipina, Amerika atau Inggris, kalian sebaiknya siap menghadapi konsekuensi dari tindakan itu karena, seperti yang kalian lihat, kami berkomitmen untuk bekerja sama. Kalian akan ditangkap dan harus bertanggung jawab,” ancam Wallrapp.
Para pejabat mengatakan operasi di Filipina hanya menangkap segelintir orang dari kelompok yang diperkirakan beroperasi di seluruh dunia.
Para tersangka diduga memikat laki-laki yang kebanyakan lanjut usia ke situs-situs yang memuat gambar perempuan berpakaian minim, kemudian memikat mereka dengan interaksi obrolan video kamera dan cybersex.
Polisi mengatakan kelompok itu diam-diam merekam interaksi tersebut dan kemudian mengancam untuk mengungkap identitas korban dan mengunggah rekaman video itu ke internet. Kelompok ini diduga memeras korbannya dengan memaksa mereka membuat video seks lagi untuk website itu atau membayar $ 500 sampai $ 2000 supaya video-videonya jangan dipasang di website.
Dalam konferensi pers bersama beberapa badan kepolisian internasional di Manila, Direktur Interpol Sunjay Virman mengatakan ini pertama kalinya Interpol "terlibat dalam penyelidikan kasus cybersex sebesar ini."
“Jaringan “sextortion” atau pemerasan seksual ini sangat besar dan dijalankan dengan hanya satu tujuan, meraup uang meskipun mengakibatkan kerusakan emosional pada korban-korban mereka,” kata Virman.
Sejumlah tertuduh yang ditahan di Filipina terancam denda $ 112 ribu ditambah kurungan penjara 12 tahun.
Polisi mengatakan sedikitnya satu orang, Daniel Perry, remaja berusia 17 tahun dari Skotlandia, melakukan bunuh diri karena ia berulang kali diancam videonya akan disebar ke internet.
Kepolisian Filipina mengatakan penyelidikan itu dimulai dalam pertemuan pertama Kelompok Kerja Interpol Eurasia bulan November lalu. Dalam pertemuan itu mereka mengetahui tentang korban-korban pemerasan seksual dari Hong Kong, Indonesia, Singapura, Filipina, Amerika Serikat dan Inggris. Mereka juga menduga ada korban di Malaysia, Korea Selatan dan Australia.
Atase Penyelidikan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika, William Wallrapp, mengeluarkan peringatan keras.
“Bagi orang-orang yang masih terlibat dalam kegiatan semacam ini, baik di Filipina, Amerika atau Inggris, kalian sebaiknya siap menghadapi konsekuensi dari tindakan itu karena, seperti yang kalian lihat, kami berkomitmen untuk bekerja sama. Kalian akan ditangkap dan harus bertanggung jawab,” ancam Wallrapp.
Para pejabat mengatakan operasi di Filipina hanya menangkap segelintir orang dari kelompok yang diperkirakan beroperasi di seluruh dunia.