Untuk pertama kalinya, hampir separuh perusahaan China yang berinvestasi di Australia memilih untuk berkonsentrasi di bidang real estate, sementara investasi di bidang infrastruktur juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Perusahaan swasta China juga berinvestasi melebihi investasi badan usaha milik negara, baik dilihat dari segi jumlah atau nilai.
Temuan ini dilaporkan oleh kantor akuntan KPMG Australia, Sekolah Bisnis dan Pusat Studi China di Universitas Sydney dalam laporan berjudul “Demystifying Chinese Investment in Australia”.
Hans Hendrischke, seorang professor manajemen dan bisnis China di fakultas bisnis Universitas Sydney, mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan pola minat baru.
“Perubahaan yang paling mencolok dalam komposisi investasi China adalah pergeseran dari proyek-proyek besar di bidang pertambangan dan sumber daya alam ke bidang real estate dengan peningkatan yang sangat tinggi, dan beberapa industri yang tidak terlalu dikuasai China, seperti hiburan dan konstruksi. Mereka telah membeli salah satu jaringan bioskop terbesar di Australia dan salah satu dari dua perusahaan konstruksi terbesar, John Holland," kata Hendrischke.
Sementara demam industri tambang di Australia mengalami penurunan, perusahaan-perusahaan yang China beralih ke real estate. Ada batasan-batasan apa yang mereka bisa beli dan semua pembelian harus disetujui oleh Badan Penanaman Modal Asing Australia.
Phil Harris, direktur operasional Harris Real Estate di Adelaide mengatakan bahwa para pembeli dari China telah menggelembungkan harga real estate di beberapa kota di Australia.
“Ini jelas membawa dampak dramatis terhadap harga properti di beberapa daerah tertentu di Melbourne dan Sydney. Saya punya teman yang memiliki kantor real estate di kedua pasar tersebut, dan di pasar itu 80 persen pembelian, dan kini bahkan 100 persen di beberapa wilayah dilakukan oleh pembeli dari China. Ini jelas berdampak pada harga-harga properti,” ungkap Harris.
Tahun lalu, China menanam uang senilai 8,3 milyar dollar AS di Australia. 79 persen dari nilai tersebut merupakan gabungan antara real estate, hiburan dan infrastruktur yang merupakan bisnis baru China, dan hanya 11 persen yang ditanam di bidang pertambangan.
Selain real estate yang merupakan sektor paling populer bagi China, minat di sektor pertanian Australia juga mengalami peningkatan.
Raja pertambangan Andrew Forrest mengatakan hal itu sangat baik untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian.
“Sejauh ini, investasi China dalam pertanian Australia diterima dengan baik dan mereka bisa menjadi mitra yang kuat dan pasif dalam proyek-proyek berskala besar yang tidak bisa berkembang jika hanya bergantung pada modal dalam negeri," kata Forrest .
Menurunnya nilai tukar dollar Australia juga menjadi salah satu daya tarik bagi investor ditambah dengan perubahan aturan visa di Australia.
Doug Ferguson, salah satu penulis laporan tersebut dan kepala KPMG Australia Asia Business Group, mengatakan bahwa investasi dari China adalah sebuah kabar yang menggembirakan.
“Saya rasa hal ini sangat penting untuk ekonomi kita supaya bisa bergeser dari sektor pertambangan, gas dan energi ke sektor yang mungkin membawa keuntungan jangka panjang bagi ekonomi yang lebih luas, yang menurut saya ditawarkan oleh real estate, hiburan dan turisme dan bisnis pertanian. Itulah yang terjadi saat ini, dan ini adalah berita yang sangat baik,” tegas Ferguson.
China adalah investor asing terbesar ke-6 di Australia, setelah Amerika Serikat dan Inggris, walaupun investasi China tumbuh dengan cepat.
Aliran uang dari China secara politis, sensitif, khususnya pembelian di bidang real estate dan pertanian. Akhir pekan lalu, para warga nasionalis Australia berdemonstrasi dan membakar bendera di luar konsulat China di Sydney untuk memprotes apa yang mereka gambarkan sebagai "invasi asing.”