Sebuah pohon Natal setinggi sekitar tiga meter berdiri di samping gedung Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya. Berbeda dari yang lainnya, pohon Natal ini tersusun dari berbagai ornamen seni budaya yang ada di seluruh nusantara.
Menurut Rosa, seorang jemaat yang membuat dan merangkai pohon Natal, pohon ini berisi aneka macam pernak-pernik seni dan budaya yang dibuat berbentuk kerucut memanjang dan dibalut kain bermotif aksara Jawa, serta kain-kain khas nusantara lainnya. Sebagai hiasan, seluruh bagian pohon Natal ditempeli benda-benda seni budaya dari berbagai daerah di Indonesia.
“Isi ini adalah keragaman budaya Indonesia, dalam bentuk kesenian. Beberapa seni ada di sini (pohon Natal), ada Jawa, Bali, Papua, Kalimantan, Sumatra, ini pernak-perniknya," kata Rosa.
"Jadi, seperti kipas itu untuk menari Bali, seperti topengnya juga, untuk kain ulosnya ini juga, jaran kepang ini juga untuk menari, ini mahkota dari Papua, dari Kalimantan juga ada, gunungan itu melambangkan wayang, dan kita adalah hidup di negara Indonesia yang berbhinneka tunggal ika, beribu-ribu macam suku bangsa tapi kita adalah satu," tambahnya.
Pohon Natal ini, kata Rosa, dinamakan Pohon Natal Persaudaraan, sesuai dengan tema Natal yang mengangkat persaudaraan sebagai wujud pengamalan nilai cinta kasih.
“Harapannya adalah, bahwa Gereja sesuai dengan tema Natal, yaitu Cinta Kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan, supaya kita walaupun berbeda-beda, kita tetap bersatu untuk membangun negara Indonesia, semakin maju, semakin sejahtera," ujarnya.
Kepala Paroki Gereja Katolik Kristus Raja, Romo Markus Marcelinus Hardo Iswanto, CM, mengatakan pesan Natal secara nasional ingin mengedepankan semangat persaudaraan di tengah keberagaman dan perbedaan yang ada di Indonesia. Meski berbeda dan beragam, Romo Hardo berharap semua umat maupun masyarakat tidak menjadikan perbedaan sebagai sumber perselisihan, melainkan kekuatan untuk bersatu dan membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik.
"Kita ingin supaya semangat persaudaraan itu juga kita hadirkan melalui simbol-simbol di pohon Natal ini dan kandang Natal ini. Intinya, bagaimana iman kita itu yang membawa cinta kasih ini, supaya menyatukan perbedaan dan keragaman," kata Romo Hardo.
"Jadi, keragaman di masyarakat itu bukan sumber konflik, kalau ada cinta kasih, ada iman, itu harusnya yang bisa mempersatukan. Sehingga ini bisa disebut Pohon Natal Persaudaraan, supaya semua umat beriman itu saling bersaudara," imbuhnya.
Selain pohon Natal, juga dipasang kandang Natal di samping pohon Natal persaudaraan. Uniknya, dari patung-patung keluarga Yesus, tiga raja, maupun gembala, dipakaikan kain atau baju dari berbagai daerah di nusantara.
Pohon Natal Perkakas Bambu
Di lokasi terpisah, pohon Natal Perkakas Bambu menjadi penghias perpustakaan Universitas Kristen Petra Surabaya. Pohon Natal setinggi tujuh meter itu terbuat dari 544 perkakas dapur berbahan bambu yang umumnya dipakai masyarakat Indonesia.
Menurut pembuat pohon Natal, Dian Wulandari, dibuatnya pohon Natal berbahan perkakas dapur dari bahan bambu ingin menyampaikan pesan agar semua orang berpegang pada Tuhan sebagai akar atau fondasi dalam menghadapi setiap persoalan hidup, khususnya pandemi COVID-19. Meski tergolong jenis rumput-rumputan, Dian yang merupakan Kepala Perpustakaan Universitas Kristen Petra Surabaya, mengatakan bahwa bambu mengajarkan banyak hal untuk hidup saling berdampingan dan tolong menolong, di masyarakat yang beraneka ragam latar belakang.
“Bambu ini kan rumput, rumput raksasa, tetapi mengandung filosofi yang sangat bagus. Memiliki akar yang sangat kuat, mengajarkan kepada kita manusia untuk memiliki pondasi hidup yang kuat. Di semua agama pasti mengajarkan untuk memegang perintah Tuhan, firman Tuhan, supaya tidak gampang goyang menghadapi badai kehidupan, termasuk badai COVID-19 ini," kata Dian.
Rektor Universitas Kristen Petra Surabaya, Djwantoro Hardjito, menambahkan bahwa bambu merupakan simbol tanaman yang tumbuh di seluruh daerah di Indonesia. Sehingga meski bentuknya sangat sederhana, Djwantoro berharap pohon Natal perkakas bambu ini mengajarkan pada setiap orang agar bermanfaat bagi kehidupan sesama.
“Bambu ini benar-benar nusantara, dari Aceh sampai Papua, dimana yang bambo tidak bisa tumbuh?, dan bambu digunakan secara luas. Ini mewakili paling tidak perkakas dapur dalam berbagai jenis dan bentuknya, bambu itu mewakili nusantara kita. Jadi biarlah kabar baik ini memang menjadi kabar baik untuk nusantara kita," katanya. [pr/em]