Tautan-tautan Akses

PMI: Stok Plasma Konvalesen Masih Cukup 


Para penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di kanto Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)
Para penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di kanto Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)

Stok plasma konvalesen di Tanah Air masih cukup, kecuali untuk golongan darah AB.

Ketua Bidang Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, dr Linda Lukitari Waseso, mengungkapkan, persediaan plasma konvalesen di PMI masih bisa memenuhi kebutuhan pasien COVID-19 di seluruh Indonesia.

Ia mengatakan, sampai 28 Februari pihaknya sudah mendistribusikan 21.130 kantong plasma konvalesen tidak hanya ke kota-kota besar saja, tetapi hingga ke Jayapura, Papua.

Ditambahkannya, permintaan plasma konvalesen juga makin berkurang seiring dengan menurunnya kasus aktif COVID-19. Namun, PMI saat ini masih kekurangan stok plasma konvalesen dengan golongan darah AB.

“Dua minggu lalu kita itu kebutuhannya harus menunggu sampai 2-3 hari. Kalau saat ini satu hari sudah bisa kita penuhi, karena daftar tunggunya sudah mulai berkurang. Stok (plasma konvalesen) darah tanggal 28 Februari kemarin itu ada 636 kantong,” ungkapnya dalam telekonferensi pers, di Jakarta, Senin (1/3).

Ia mencontohkan, untuk di DKI Jakarta pada dua minggu lalu permintaan plasma konvalesen bisa mencapai 100 antrean. Namun, saat ini hanya sekitar 12 antrean.

Kriteria pendonor

Linda mengatakan persyaratan umum untuk menjadi pendonor plasma konvalesen, sama dengan persyaratan menjadi pendonor darah, yakni berbadan sehat, umur 18-60 tahun, dan memiliki berat badan lebih dari 55 kilogram.

Syarat khususnya adalah seseorang tersebut pernah menderita COVID-19 dan dinyatakan sembuh yang dibuktikan dengan hasil negatif tes usap rantai polimerase (PCR Swab Test). Empat belas hari setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19, dan tidak sedang menderita sakit apapun, penyintas COVID-19 itu bisa mendonorkan plasma konvalesennya.

Mesin untuk mengumpulkan plasma darah dari para penyintas COVID-19 tampak di kantor Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)
Mesin untuk mengumpulkan plasma darah dari para penyintas COVID-19 tampak di kantor Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)

Linda menjelaskan, selain persyaratan khusus, satu hari sebelum mendonorkan plasma konvalesen, calon pendonor harus penjalani pemeriksaan darah untuk keperluan penapisan (screening).

“Itu (darah.red) diperiksa selain titer antibodi-nya, juga diperiksa infeksi menular karena transfusi darah, yaitu hepatitis B, hepatitis C, sivilis, maupun HIV/AIDS. Apabila ini sudah memenuhi kriteria, keesokan harinya kita ambil plasma konvalesennya,” jelasnya.

Ditambahkannya, seorang penyintas COVID-19 bisa mendonorkan plasma darahnya berkali-kali dengan catatan antibodinya masih cukup baik.

“Seperti ada testimoni di tempat kami di Kota Surabaya. Ada salah satu penyintas, sudah sepuluh kali diambil, dan dia sudah menolong begitu banyak orang, karena sepuluh kali diambil plasma konvalesennya,” tuturnya. Tercatat, sampai saat ini sebanyak 15.000 orang penyintas COVID-19 yang sudah mendonorkan plasma konvalesennya

Dalam kesempatan ini, Linda juga mengingatkan pasien dan keluarga pasien COVID-19 bahwa permintaan donor plasma konvalesen harus disertai dengan rekomendasi dari dokter yang merawat pasien COVID-19. Ia merujuk pada permintaan plasma konvalesen dari keluarga yang banyak diunggah di media sosial,

“Tidak bisa seperti itu. Jadi ada formulir permintaan dari dokter yang merawat, sehingga dengan adanya fomulir itu, PMI baru bisa memberikan plasma konvalesen. Tidak bisa datang ke PMI, dengan bawa pendonornya, ‘ini saya butuh plasma, ini pendonornya, itu tidak bisa’,” jelasnya.

Sedini Mungkin

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Penelitian Translasional dan Kepala Laboratorium Hepatitis Lembaga Eijkman, Prof David Handojo Muljono menjelaskan pemberian plasma konvalesen kepada pasien COVID-19 harus diberikan sedini mungkin.

Timing ini penting. Timing itu artinya harus dini dalam arti waktu tapi juga dari arti penyakit. Penyakitnya jangan tunggu terlambat, tapi sedang yang mengarah ke berat itu sudah seyogyanya diberikan. Dengan demikian khasiat yang diinginkan dari plasmanya bisa berguna betul,” ungkap David.

Seorang petugas kesehatan mengoperasikan alat untuk mengumpulkan plasma dari para penyintas COVID-19 di kantor Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)
Seorang petugas kesehatan mengoperasikan alat untuk mengumpulkan plasma dari para penyintas COVID-19 di kantor Palang Merah Indonesia di Surabaya, Jawa Timur, 18 September 2020. (Foto: Juni Kriswanto/AFP)

Menurutnya, ada dua khasiat dari pemberian plasma konvalesen bagi pasien COVID-19, yakni menetralisasi virus dan imunomodulasi (menormalkan kembali sistem imun). Dengan demikian, hal ini akan mempercepat kesembuhan dan mencegah keparahan yang lebih lanjut.

Maka dari itu, lanjutnya jika plasma konvalesen diberikan kepada pasien COVID-19 dengan kategori parah atau bahkan kritis, dipastikan tidak banyak membantu karena sudah terjadi kerusakan organ tubuh dan virus corona yang ada juga sudah sedikit.

“Perjalanan penyakitnya itu pertama kali virusnya banyak kemudian tubuh tidak bisa membersihkan keluar sistem radang, radang itu yang merusak. Itulah sebabnya kalau timingnya bisa tepat, dan tidak terlambat ini akan sangat bisa menolong,” paparnya.

Partisipasi Penyintas

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo yang juga penyintas COVID-19 telah mendonorkan plasma konvalesennya hari ini. Ia berharap, masyarakat penyintas COVID-19 lainnya secara sukarela melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan banyak pasien COVID-19 yang masih berjuang melawan virus ini.

Ia memastikan, menjadi donor plasma konvalesen tidak berbeda dengan memberikan donor darah pada umumnya. Yang membedakan, ujar Doni adalah dari segi peralatan yang dipakai, dan screening awal.

“Tidak menyeramkan. Bisa dilihat peralatannya. Jadi tidak menakutkan. Tidak ada efek samping. Jadi sekali lagi donor kita ini bisa membantu menyelamatkan jiwa manusia yang membutuhkan,” ungkap Doni. [gi/ft]

Recommended

XS
SM
MD
LG