ISLAMABAD —
Meskipun saling tidak percaya dan curiga, pertemuan mendatang antara Perdana Menteri Sharif dengan Presiden Obama dipandang penting bagi hubungan bilateral.
Pakistan sangat membutuhkan bantuan asing untuk mengatasi masalah ekonomi dan krisis energi yang semakin mendalam.
Amerika akan sangat bergantung pada Pakistan bagi kelancaran penarikan sebagian besar pasukan Amerika dari Afghanistan tahun depan. Selain itu, Amerika menginginkan Pakistan menggunakan pengaruhnya terhadap Taliban di Afghanistan guna mengakhiri kekerasan dan bergabung dalam proses rekonsiliasi politik.
Hubungan bilateral kedua negara mencapai titik terendah tahun 2011 dan 2012 setelah serangan militer Amerika yang menewaskan Osama bin Laden di Pakistan dan sebuah serangan udara NATO yang menewaskan lebih dari dua puluh tentara Pakistan di perbatasan.
Namun, menteri privatisasi dan perdagangan Pakistan, Khurram Dastgir Khan, mengatakan pada VOA bahwa pemerintah yang baru terpilih itu serius untuk mengembalikan hubungan Pakistan-Amerika "pada posisi yang lebih kuat dan tidak bergantung pada sosok pemimpin tertentu.”
“Kita harus bergerak, menurut saya, lebih jauh dari hubungan yang bersifat transaksi antara Pakistan – Amerika, dan mengadakan hubungan sipil jangka panjang, karena apa yang kita saksikan sejauh ini terutama adalah hanya hubungan militer antara kedua negara,” kata Khan.
Khan mengatakan Pakistan berusaha meningkatkan perdagangan dengan Amerika dan bukan minta bantuan keuangan. Ia mengatakan Perdana Menteri Sharif akan menyoroti masalah ini dalam pertemuannya dengan Presiden Obama. Tapi pejabat Pakistan itu tidak menjelaskan apa yang diharapkannya dari pembicaraan itu pada umumnya.
Ada dua isu yang terus menghalangi Pakistan dan Amerika untuk membangun kembali hubungan yang komprehensif. Pertama adalah serangan pesawat tak berawak Amerika terhadap sasaran-sasaran di wilayah Pakistan.
Isu lain adalah militan-militan yang terkait al-Qaeda yang bermarkas di daerah kesukuan Waziristan di Pakistan Utara, yang menggunakan kawasan itu sebagai pangkalan serangan gerilyawan terhadap pasukan internasional pimpinan Amerika di Afghanistan.
Para pejabat Pakistan mengatakan Perdana Menteri Sharif akan mengangkat isu serangan pesawat tak berawak dalam pertemuan dengan Presiden Obama.
Menteri Khan menegaskan bahwa pesawat tak berawak Amerika merupakan salah satu dari berbagai alat perang anti-teroris tetapi itu justru memicu militansi di negaranya.
“Kerugian dari program pesawat tak berawak Amerika jauh lebih besar dibandingkan semua manfaat yang diklaim, baik dalam hal melawan ekstremis. Namun jumlah orang-orang penting ekstremis yang diklaim sebagai keberhasilan program pesawat tak berawak ternyata sangat kecil, dibandingkan dengan jumlah korban sipil yang dikatakan Amerika sebagai kerugian kolateral. Setiap korban sipil itu adalah warga negara Pakistan, dan jumlahnya sangat besar,” kata Khan.
Pakistan berkeras negaranya telah menanggung kerugian korban manusia dan kerugian keuangan yang besar karena mendukung perang yang dipimpin Amerika di Afghanistan. Kebijakan-kebijakan itu, kata para pejabat, telah membuat marah kaum agamis ekstrim pendukung Taliban di negara itu, dan menewaskan 40.000 lebih warga Pakistan, termasuk pasukan keamanan.
Pakistan sangat membutuhkan bantuan asing untuk mengatasi masalah ekonomi dan krisis energi yang semakin mendalam.
Amerika akan sangat bergantung pada Pakistan bagi kelancaran penarikan sebagian besar pasukan Amerika dari Afghanistan tahun depan. Selain itu, Amerika menginginkan Pakistan menggunakan pengaruhnya terhadap Taliban di Afghanistan guna mengakhiri kekerasan dan bergabung dalam proses rekonsiliasi politik.
Hubungan bilateral kedua negara mencapai titik terendah tahun 2011 dan 2012 setelah serangan militer Amerika yang menewaskan Osama bin Laden di Pakistan dan sebuah serangan udara NATO yang menewaskan lebih dari dua puluh tentara Pakistan di perbatasan.
Namun, menteri privatisasi dan perdagangan Pakistan, Khurram Dastgir Khan, mengatakan pada VOA bahwa pemerintah yang baru terpilih itu serius untuk mengembalikan hubungan Pakistan-Amerika "pada posisi yang lebih kuat dan tidak bergantung pada sosok pemimpin tertentu.”
“Kita harus bergerak, menurut saya, lebih jauh dari hubungan yang bersifat transaksi antara Pakistan – Amerika, dan mengadakan hubungan sipil jangka panjang, karena apa yang kita saksikan sejauh ini terutama adalah hanya hubungan militer antara kedua negara,” kata Khan.
Khan mengatakan Pakistan berusaha meningkatkan perdagangan dengan Amerika dan bukan minta bantuan keuangan. Ia mengatakan Perdana Menteri Sharif akan menyoroti masalah ini dalam pertemuannya dengan Presiden Obama. Tapi pejabat Pakistan itu tidak menjelaskan apa yang diharapkannya dari pembicaraan itu pada umumnya.
Ada dua isu yang terus menghalangi Pakistan dan Amerika untuk membangun kembali hubungan yang komprehensif. Pertama adalah serangan pesawat tak berawak Amerika terhadap sasaran-sasaran di wilayah Pakistan.
Isu lain adalah militan-militan yang terkait al-Qaeda yang bermarkas di daerah kesukuan Waziristan di Pakistan Utara, yang menggunakan kawasan itu sebagai pangkalan serangan gerilyawan terhadap pasukan internasional pimpinan Amerika di Afghanistan.
Para pejabat Pakistan mengatakan Perdana Menteri Sharif akan mengangkat isu serangan pesawat tak berawak dalam pertemuan dengan Presiden Obama.
Menteri Khan menegaskan bahwa pesawat tak berawak Amerika merupakan salah satu dari berbagai alat perang anti-teroris tetapi itu justru memicu militansi di negaranya.
“Kerugian dari program pesawat tak berawak Amerika jauh lebih besar dibandingkan semua manfaat yang diklaim, baik dalam hal melawan ekstremis. Namun jumlah orang-orang penting ekstremis yang diklaim sebagai keberhasilan program pesawat tak berawak ternyata sangat kecil, dibandingkan dengan jumlah korban sipil yang dikatakan Amerika sebagai kerugian kolateral. Setiap korban sipil itu adalah warga negara Pakistan, dan jumlahnya sangat besar,” kata Khan.
Pakistan berkeras negaranya telah menanggung kerugian korban manusia dan kerugian keuangan yang besar karena mendukung perang yang dipimpin Amerika di Afghanistan. Kebijakan-kebijakan itu, kata para pejabat, telah membuat marah kaum agamis ekstrim pendukung Taliban di negara itu, dan menewaskan 40.000 lebih warga Pakistan, termasuk pasukan keamanan.