PM Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan PM Inggris Theresa May di London, Rabu (6/6), mengakhiri persinggahan terakhirnya dalam lawatan Eropa selama tiga hari yang ditujukan untuk membujuk para pemimpin Eropa untuk meninggalkan kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.
Netanyahu memulai tur Eropanya, Senin (4/6), dengan singgah di Jerman, di mana ia memperingatkan Kanselir Angela Merkel bahwa campur tangan Iran di Timur Tengah bisa memicu arus pengungsi besar-besaran baru ke Eropa. Di Perancis, Selasa (5/6), pemimpin Israel itu mengatakan, kepentingan utamanya adalah memastikan bahwa Iran tidak memiliki senjata nuklir.
"Saya selama ini sangat konsisten dengan pendirian saya yang menentang kesepakatan nuklir ini, karena menurut saya kita tidak bisa memisahkan perjanjian itu dengan agresi Iran di Timur Tengah,” kata Netanyahu dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Selasa (5/6).
Macron mengatakan, Perancis akan terus mendukung kesepakatan yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu, karena menganggap kesepakatan tersebut sebagai cara terbaik mengontrol aktivitas nuklir Iran. Ia menyatakan, ia tidak sepakat bahwa meninggalkan kesepakatan nuklir itu akan membantu memperbaiki stabilitas regional.
Inggris, Perancis, dan Jerman menyetujui kesepakatan itu dengan Iran pada 2015 bersama Rusia, China dan AS. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bulan lalu bahwa AS keluar dari kesepakatan yang menurutnya buruk dan sepihak. Ia bahkan mengatakan, Amerika ingin memberlakukan pembatasan-pembatasan tambahan terhadap program misil balistik Iran dan aktivitas-aktivitas Iran yang mengguncang kestabilan di Timur Tengah.
Negara-negara penandatangan lain JCPOA mengungkapkan keinginan mereka untuk mempertahankan kesepakatan itu karena, menurut mereka, kesepakatan tersebut terbukti berjalan. Inggris, Perancis dan Jerman juga menyarankan agar kesepakatan tambahan dibuat untuk mengatasi kekhawatiran-kekhawatiran lain terkait Iran. [ab/uh]