Meninggalkan pertikaian hukum dan politik di tanah airnya, PM Israel Benjamin Netanyahu, Rabu (4/12), terbang ke Portugal untuk mencari sambutan yang hangat dari sekutu satu pemikirannya, Menlu AS Mike Pompeo.
Ini akan menjadi pertemuan pertama mereka sejak Pompeo mengumumkan doktrin baru Amerika yang tidak menganggap permukiman Israel sebagai pelanggaran hukum internasional, yang terkini dari serangkaian hadiah diplomasi yang diberikan pemerintahan Trump kepada Netanyahu.
Pertemuan dengan Pompeo memberi dukungan baru bagi Netanyahu yang saat ini menghadapi pergulatan politik terkait dua pemilu yang tidak jelas hasilnya dan dakwaan korupsi. Dalam keadaan tersudut di Israel, Netanyahu berusaha menciptakan bahwa kesan segala sesuatunya berlangsung seperti biasa, dan berusaha memastikan komitmen yang pernah dijanjikan Amerika bagi pemerintahannya tetap bertahan.
Netanyahu berulangkali mengatakan, Israel seharusnya memanfaatkan kedekatan hubungannya dekat dengan Gedung Putih saat ini sebelum AS tenggelam dalam musim pemilu. Ia berharap mendapat dukungan AS atas proposalnya untuk menganeksasi sejumlah besar wilayah Tepi Barat, langkah yang dipastikan akan mendapat kecaman Palestina dan masyarakat internasional sekaligus menghapus harapan Palestina untuk meraih kemederkaan. Palestina berusaha agar semua wilayah Tepi Barat, yang direbut Israel pada 1967, menjadi jantung negara impian mereka.
Sebelum berangkat, Netanyahu mengatakan, pembicaraannya dengan Pompeo akan terfokus pada Iran dan dua topik lain: yakni kesepakatan pertahanan Amerika dan masa depan pengakuan Amerika atas aneksasi Israel terhadap Lembah Yordania. [ab/uh]
