PM Inggris Boris Johnson, Kamis (10/2), bertemu dengan pemimpin Polandia dan NATO, sementara ia mendesak apa yang disebut kantornya sebagai “solidaritas dengan sekutu-sekutu NATO yang menderita karena agresi Rusia.”
Johnson telah memerintahkan 1.000 tentara Inggris untuk bersiap menanggapi krisis kemanusiaan yang muncul dari invasi Rusia terhadap negara tetangganya, Ukraina.
“Apa yang kita perlu lihat adalah diplomasi nyata, bukan diplomasi paksaan,” kata Johnson dalam sebuah pernyataan. “Sebagai aliansi, kita harus menetapkan batas dan bersikap jelas bahwa ada prinsip-prinsip yang tidak akan kita kompromikan. Ini mencakup keamanan setiap sekutu NATO dan hak setiap demokrasi Eropa untuk menjadi anggota NATO.”
Pemerintah negara-negara Barat telah meminta Rusia untuk mengambil langkah-langkah guna meredakan krisis yang muncul dengan dikerahkannya lebih dari 100 ribu tentara Rusia di dekat perbatasan, pengerahan kapal-kapal perang ke Laut Hitam dan pengiriman lebih banyak tentara dan peralatan militer ke Belarus, tetangga Ukraina lainnya, untuk latihan militer.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan hari Rabu bahwa Rusia telah mengambil langkah eskalasi dalam beberapa pekan ini dan AS berharap itu berubah.
“Saya pikir, sewaktu kita melihat persiapan untuk latihan militer itu, lagi-lagi kami melihat bahwa ini lebih merupakan tindakan yang memperuncing situasi dan bukan tindakan meredakan situasi terkait dengan pasukan dan latihan militer itu,” ujar Psaki.
Para komandan top Rusia tiba di Belarus pada Rabu (9/2), siap mengawasi 30 ribu tentara Rusia sewaktu mereka berlatih selama 10 hari dengan militer Belarus.
Rusia telah memindahkan sistem rudal darat-ke-udara S-400 dan banyak jet tempur ke Belarus untuk latihan, dengan Jenderal Valery Gerasimov, kepala staf umum angkatan bersenjata Rusia, memimpin latihan yang dimulai pada Kamis (10/2).
Latihan di Belarus itu merupakan ancaman terbaru bagi Ukraina, yang ibu kotanya, Kyiv, terletak 210 kilometer di selatan Belarus. [uh/ab]