Tautan-tautan Akses

PM Hungaria: Rusia akan Mendapatkan Keuntungan Ketika Barat Kehilangan Kekuasaan


Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban berbicara kepada wartawan saat tiba di Pertemuan Komunitas Politik Eropa di Istana Blenheim di Woodstock, dekat Oxford, pada 18 Juli 2024. (Foto: AFP)
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban berbicara kepada wartawan saat tiba di Pertemuan Komunitas Politik Eropa di Istana Blenheim di Woodstock, dekat Oxford, pada 18 Juli 2024. (Foto: AFP)

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan pada Sabtu (27/7) bahwa kepemimpinan Rusia "sangat rasional" dan Ukraina tidak akan pernah bisa mewujudkan impiannya menjadi anggota Uni Eropa atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Orban, seorang nasionalis yang berkuasa sejak 2010, menyampaikan komentar tersebut dalam pidatonya di mana ia meramalkan pergeseran kekuatan global dari Barat yang "irasional" ke Asia dan Rusia.

"Dalam beberapa dekade mendatang, mungkin beberapa abad, Asia akan menjadi pusat dunia yang dominan," kata Orban, menyebut China, India, Pakistan, dan Indonesia sebagai negara-negara besar masa depan di dunia.

"Dan kami, orang Barat, mendorong Rusia ke blok ini juga," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi di hadapan etnis Hungaria di sebuah festival di Kota Baile Tusnad di negara tetangga Rumania.

Orban, yang saat ini memimpin Hungaria sebagai presiden bergilir Uni Eropa, menonjolkan perbedaan sikap dengan negara-negara lain dalam blok tersebut dengan mengupayakan hubungan yang lebih hangat dengan Beijing dan Moskow. Ia membuat marah beberapa pemimpin Uni Eropa ketika melakukan kunjungan mendadak ke Kyiv, Moskow, dan Beijing bulan ini untuk merundingkan perang di Ukraina.

Ia mengatakan bahwa, berbeda dengan "kelemahan" Barat, posisi Rusia dalam urusan dunia bersifat rasional dan dapat diprediksi. Orban menambahkan bahwa negara tersebut telah menunjukkan fleksibilitas ekonomi dalam beradaptasi dengan sanksi Barat sejak menginvasi Krimea pada 2014.

Orban, yang pemerintahannya sendiri telah memberlakukan sejumlah kebijakan anti-LGBT, mengatakan bahwa Rusia telah mendapatkan pengaruh di banyak bagian dunia melalui tindakan keras terhadap hak-hak LGBTQ+.

"Daya tarik internasional terbesar dari kekuatan lunak Rusia adalah sikap penolakannya terhadap LGBTQ," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota Uni Eropa atau NATO karena "kita orang Eropa tidak memiliki cukup uang untuk itu."

"Uni Eropa perlu melepaskan identitasnya sebagai proyek politik dan menjadi proyek ekonomi dan pertahanan," tambah Orban.

Uni Eropa memulai perundingan keanggotaan dengan Ukraina akhir bulan lalu, meskipun negara itu masih harus menempuh jalan panjang dan sulit sebelum bisa bergabung dengan blok tersebut.

Pada akhir pertemuan puncak NATO bulan ini, aliansi tersebut mengeluarkan pernyataan yang menegaskan dukungannya terhadap Ukraina dalam "jalur yang tidak dapat diubah lagi" menuju keanggotaan. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG