Tautan-tautan Akses

Pesan Keberagaman Budaya dan Agama 'Janggan Smarasanta'


Pertunjukan Seni "Janggan Smarasanta" dan Orasi Kebudayaan Moderasi Beragama, ISI Surakarta, 14 November 2020. (Foto: VOA/ISI Surakarta Medsos)
Pertunjukan Seni "Janggan Smarasanta" dan Orasi Kebudayaan Moderasi Beragama, ISI Surakarta, 14 November 2020. (Foto: VOA/ISI Surakarta Medsos)

Sejumlah seniman dan akademisi Institut Seni Indonesia atau ISI Solo bekerjasama dengan Kementerian Agama menggelar pentas "Janggan Smarasanta". Pentas itu mengusung pesan tentang cinta dan kebebasan dalam keberagaman budaya dan agama.

Suara gamelan mengiring suara lantang seorang penyair yang bertutur tentang kondisi keberagaman Indonesia. Dalam pentas daring yang disiarkan langsung di media sosial oleh ISI Solo, Sabtu malam (14/11), ini, musik sebelumnya harmonis tiba-tiba terdengar seolah saling mendominasi dan semakin kacau. Para pemain gamelan terkesan saling bertengkar karena merasa paling benar memainkan instrumen alat musik ini.

Penyair pun menghentikan lantunan puisinya dan mengingatkan pentingnya keharmonisan. Layar dengan bayangan hitam raksasa tokoh Semar tampak di belakang para pemain tersebut.

Para artis pendukung pertunjukan seni Janggan Smarasanta dan Orasi Kebudayaan Moderasi Beragama, ISI Surakarta, 14 November 2020. (Foto: VOA/ISI Surakarta Medsos)
Para artis pendukung pertunjukan seni Janggan Smarasanta dan Orasi Kebudayaan Moderasi Beragama, ISI Surakarta, 14 November 2020. (Foto: VOA/ISI Surakarta Medsos)

Itulah penggalan pentas seni "Janggan Smarasanta" ini. Rektor ISI Solo, Guntur, saat membuka pentas seni ini mengatakan seni dan agama bisa menjadi simbol pluralisme dan toleransi. Menurut Guntur, dua elemen ini lah yang mendorong kampus ISI Solo mendirikan Pusat Studi Seni dan Agama.

"Terkait dengan kehidupan beragama itu, seni memiliki peran penting. ISI Solo berperan mengapreasi karya seni dari beragam etnis, budaya dan agama. Secara khusus dikaji pusat studi seni dan agama. Seni menjadi pilar kebhinekaan dalam kesatuan," ujar Guntur dalam pidato pembukaannya.

Lebih lanjut Guntur mengungkapkan Janggan Smarasanta merupakan hasil kolaborasi seluruh elemen akademisi di ISI Solo dan masyarakat. Janggan menjadi tema yang sesuai dengan kondisi bangsa di mana tokoh "Janggan Smarasanta" atau Semar menjadi simbol panutan yang mengedepankan kebijaksanaan, toleransi, semangat persatuan di tengah ancaman perpecahan.

Pentas "Janggan Smarasanta" menyajikan kolaborasi seni pewayangan, seni musik, seni teater dan seni sastra.

Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa'adi, memberikan sambutan pada malam Pertunjukan Seni Janggan Smarasanta dan Orasi Kebudayaan Moderasi Beragama, ISI Surakarta, 14 November 2020. (Foto: VOA/ISI Surakarta Medsos)
Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa'adi, memberikan sambutan pada malam Pertunjukan Seni Janggan Smarasanta dan Orasi Kebudayaan Moderasi Beragama, ISI Surakarta, 14 November 2020. (Foto: VOA/ISI Surakarta Medsos)

Sementara itu, Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid mengungkapkan Indonesia memiliki beragam seni budaya dan agama. Menurut Zainut semua seni budaya dan agama pada dasarnya mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang sama.


"Moderasi beragama selama ini sudah menjadi karakter bangsa dan ciri khas masyarakat Indonesia yang plural. Nilai-nilai moderasi sudah lama melekat di masyarakat Indonesia. Karenanya, masyarakat Indonesia memiliki modal sosial dan kultural yang cukup mengakar."

Zainut mengungkapkan dalam beragama, keterbukaan, penerimaan, dan kerja sama dengan kelompok yang berbeda sangatlah penting.

"Kita biasa bertenggang rasa, toleran, menghormati persaudaraan, dan menghargai keberagaman. Boleh dikata, nilai-nilai fundamental ini menjadi fondasi dan filosofi masyarakat di nusantara, dalam menjalankan moderasi beragama," terangnya. [ys/ab]

XS
SM
MD
LG