Tautan-tautan Akses

Pertunjukan Opera Tan Malaka Dipenuhi Penonton


Goenawan Mohamad dan Tony Prabowo di panggung opera "Tan Malaka" di teater Salihara, Jakarta (18-20 Oktober, 2010).
Goenawan Mohamad dan Tony Prabowo di panggung opera "Tan Malaka" di teater Salihara, Jakarta (18-20 Oktober, 2010).

Goenawan Mohamad mengangkat kisah Tan Malaka dalam bentuk opera, dipentaskan di teater Salihara.

Panggung pertunjukan dipenuhi oleh tiang-tiang kayu. Di pojok kanan, kelompok mini orkestra memainkan musik lirih membuka pertunjukan, ditimpali alunan vokal kelompok paduan suara Paragita Universitas Indonesia.

Aktor Adi Kurdi membacakan sepotong monolog tentang sosok Tan Malaka; sosok yang tidak sepenuhnya utuh diceritakan dalam sejarah Indonesia.

Sastrawan Goenawan Mohamad, kepada pers mengatakan Tan Malaka adalah tokoh intelektual penting, dala masa perjuangan fisik, yang posisinya seolah-olah “antara ada dan tiada”. Tetapi justru karena alasan itulah ia menjadi penting, dan layak untuk diangkat dalam pentas yang ia sutradarai.

“Interpretasi Tan Malaka itu yang penting buat saya, bukan spiritnya apa. Yang ingin saya tampilkan adalah ketidakhadiran Tan Malaka. Bagi saya, Tan Malaka adalah tokoh penting dalam sejarah Indonesia karena dia tidak hadir, dia tidak ada. Kalau Bung Karno, Bung Hatta, Nyoto, Nyono, Natsir ada, dan penting. (Tetapi) Tan Malaka hilang. Ada satu hal yang krusial. Di dalam lakon ini sendiri tidak ada tokoh Tan Malaka,” ungkap Goenawan Mohamad.

Adi Kurdi di panggung opera "Tan Malaka".
Adi Kurdi di panggung opera "Tan Malaka".

Di luar para pemain musik dan paduan suara, tampil pula aktor Adi Kurdi yang menampilkan monolog, serta soprano Binu Sukarman dan Nyak Ina Raseuki. Musik sepenuhnya ditangani oleh komposer Tony Prabowo, yang pernah bekerjasama dengan Goenawan Mohamad dalam opera “Kali” dan “King’s Witch”.

Selain monolog, musik, dan lagu, layar di kanan panggung menampilkan suasana Indonesia tempo dulu dan rekaman teks proklamasi.

Adi Kurdi mengatakan, ia sangat senang dapat terlibat dalam pementasan ini dan tidak memerlukan waktu lama untuk menginterpretasi karya Goenawan Mohamad. Ia punya penilaian sendiri terhadap pribadi Tan Malaka.

Tan Malaka lahir di Sumatera Barat, Februari 1896, dan diduga wafat di Kediri, Jawa Timur, pada 1949. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan tidak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutunya.

Orkestra yang mengiringi pementasan opera "Tan Malaka" di teater Salihara.
Orkestra yang mengiringi pementasan opera "Tan Malaka" di teater Salihara.

Meskipun demikian, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan sosialis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara.

Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963.

Opera Tan Malaka dipentaskan di Teater Salihara, sejak hari Senin hingga Rabu malam. Dua pekan sebelum pertunjukkan, tiket seharga 100 ribu rupiah sampai 500 ribu rupiah, telah terjual habis. Yang tidak kebagian tiket, cukup puas menonton di teater atap, lewat layar besar. Ini di luar dugaan Goenawan Mohamad, sebab opera menurutnya bukanlah tontonan yang lazim bagi orang Indonesia.

XS
SM
MD
LG