BANGKOK —
Media orang Burma di pengasingan melaporkan, militer minggu lalu menggunakan helikopter dan senjata berat untuk menggempur posisi pemberontak Kachin dekat perbatasan dengan Tiongkok.
Kelompok Media Kachin mengutip juru bicara Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO), La Nan, mengatakan, pasukan pemerintah menyerang beberapa kilometer dari kubu mereka.
La Nan juga mengklaim dalam beberapa minggu terakhir puluhan tentara Burma tewas dalam pertempuran dengan pemberontak dari sayap kanan KIO, Laskar Kemerdekaan Kachin (KIA).
Berita itu sulit dibuktikan kebenarannya, karena wilayah itu terpencil dan pihak berwenang Burma jarang berkomentar mengenai jumlah korban atau rincian pertempuran.
Namun, anggota parlemen Burma Dwe Bu dari Negara bagian Kachin mengatakan, para pejabat menyangkal bahwa militer menyerang, dan meremehkan pertempuran itu.
Menurutnya, wakil militer di parlemen mengatakan mereka tidak menyerang KIA. Kantor Presiden, ujarnya, menyatakan pertempuran baru-baru ini tidak serius. Namun, menurutnya lagi, warga sipil di Negara bagian Kachin mengatakan bahwa pertempuran sengit terjadi, dan jika pasukan Birma tidak menyerang KIA, tidak ada pertempuran.
Min Zaw Oo, ketua perundingan gencatan senjata dan pelaksanaan pada Badan Perdamaian Myanmar di Rangoon, mengatakan, militer menyatakan membela diri ketika pemberontak menyerang mereka.
Sejak menjabat, pemerintahan sipil Presiden Thein Sein telah melaksanakan perombakan politik dan ekonomi, dan menjadikan perdamaian nasional prioritas utama.
Pemerintahannya menandatangai sejumlah perjanjian gencatan senjata dengan kelompok pemberontak dan memerintahkan diakhirinya serang menyerang.
Namun, pertempuran yang terus berlangsung di Kachin meningkatkan kekhawatiran bahwa presiden belum berhasil menguasai militer.
PBB bulan ini mendesak pihak berwenang Burma agar mengizinkan pengiriman bantuan ke kamp-kamp yang dikuasai KIA. Pemerintah mengizinkan akses terbatas pada masa silam, tetapi sejak berbulan-bulan lalu memblokir bantuan pangan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan, menyebutnya tidak aman.
Pihak-pihak yang mengecam mengatakan militer ingin menekan pemberontak dengan menghentikan pasokan.
Duta Besar Amerika untuk Burma, Derek Mitchell, mengadakan kunjungan dua hari ke Negara bagian Kachin minggu ini – kunjungan pertamanya sejak menjadi duta besar Juli lalu.
Mitchel mengunjungi kamp-kamp pengungsi, bertemu para pemimpin setempat dan membicarakan pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang membutuhkan, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasai KIA.
Kelompok Media Kachin mengutip juru bicara Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO), La Nan, mengatakan, pasukan pemerintah menyerang beberapa kilometer dari kubu mereka.
La Nan juga mengklaim dalam beberapa minggu terakhir puluhan tentara Burma tewas dalam pertempuran dengan pemberontak dari sayap kanan KIO, Laskar Kemerdekaan Kachin (KIA).
Berita itu sulit dibuktikan kebenarannya, karena wilayah itu terpencil dan pihak berwenang Burma jarang berkomentar mengenai jumlah korban atau rincian pertempuran.
Namun, anggota parlemen Burma Dwe Bu dari Negara bagian Kachin mengatakan, para pejabat menyangkal bahwa militer menyerang, dan meremehkan pertempuran itu.
Menurutnya, wakil militer di parlemen mengatakan mereka tidak menyerang KIA. Kantor Presiden, ujarnya, menyatakan pertempuran baru-baru ini tidak serius. Namun, menurutnya lagi, warga sipil di Negara bagian Kachin mengatakan bahwa pertempuran sengit terjadi, dan jika pasukan Birma tidak menyerang KIA, tidak ada pertempuran.
Min Zaw Oo, ketua perundingan gencatan senjata dan pelaksanaan pada Badan Perdamaian Myanmar di Rangoon, mengatakan, militer menyatakan membela diri ketika pemberontak menyerang mereka.
Sejak menjabat, pemerintahan sipil Presiden Thein Sein telah melaksanakan perombakan politik dan ekonomi, dan menjadikan perdamaian nasional prioritas utama.
Pemerintahannya menandatangai sejumlah perjanjian gencatan senjata dengan kelompok pemberontak dan memerintahkan diakhirinya serang menyerang.
Namun, pertempuran yang terus berlangsung di Kachin meningkatkan kekhawatiran bahwa presiden belum berhasil menguasai militer.
PBB bulan ini mendesak pihak berwenang Burma agar mengizinkan pengiriman bantuan ke kamp-kamp yang dikuasai KIA. Pemerintah mengizinkan akses terbatas pada masa silam, tetapi sejak berbulan-bulan lalu memblokir bantuan pangan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan, menyebutnya tidak aman.
Pihak-pihak yang mengecam mengatakan militer ingin menekan pemberontak dengan menghentikan pasokan.
Duta Besar Amerika untuk Burma, Derek Mitchell, mengadakan kunjungan dua hari ke Negara bagian Kachin minggu ini – kunjungan pertamanya sejak menjadi duta besar Juli lalu.
Mitchel mengunjungi kamp-kamp pengungsi, bertemu para pemimpin setempat dan membicarakan pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang membutuhkan, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasai KIA.