Tautan-tautan Akses

Pertarungan Membuat Vaksin, Sebagian Negara Mungkin Tertinggal


Seorang teknisi laboratorium mengambil sebagian isi dari kandidat vaksin Covid-19 untuk diuji di Pusat Penelitian Vaksin Chula di Universitas Chulalongkorn, di Bangkok, Thailand, 25 Mei 2020. (Foto: AP)
Seorang teknisi laboratorium mengambil sebagian isi dari kandidat vaksin Covid-19 untuk diuji di Pusat Penelitian Vaksin Chula di Universitas Chulalongkorn, di Bangkok, Thailand, 25 Mei 2020. (Foto: AP)

Ketika pertarungan untuk menghasilkan vaksin untuk melawan pandemi virus corona berlangsung semakin intensif, negara-negara kaya bergegas melakukan pemesanan lebih dulu untuk mendapatkan pasokan yang terbatas, agar warga mereka dapat diimunisasi lebih dulu.

Hal ini menimbulkan pertanyaan signifikan tentang apakah negara-negara berkembang akan mendapatkan vaksin apapun untuk menyelamatkan nyawa warga mereka sebelum pandemi ini berakhir.

Awal bulan ini PBB, Palang Merah Internasional, Bulan Sabit merah dan beberapa badan lain mengatakan merupakan “kewajiban moral” bagi setiap pihak untuk mendapatkan akses pada “vaksin rakyat” ini. Namun, menurut para pakar kesehatan, pengumuman itu tidak dapat diwujudkan begitu saja, dan tanpa strategi yang rinci maka alokasi vaksin bisa tidak adil dan sangat berantakan.

“Kita memiliki gambaran indah di mana setiap orang mendapat vaksin ini, tetapi tidak ada peta jalan tentang bagaimana mewujudkan hal itu,” ujar Yuan Qiong Hu, penasihat kebijakan dan hukum senior di Doctors Without Borders di Jenewa. Ditambahkannya, baru sedikit langkah yang diambil untuk mengatasi masalah distribusi vaksin yang adil ini.

Di masa lalu, ujar Hu, perusahaan-perusahaan kerap menerapkan paten pada hampir setiap langkah pengembangan dan produksi vaksin, mulai dari soal bahan biologi – seperti sel – yang digunakan, bahan pengawet yang diperlukan untuk mempertahankan dosis vaksin, hingga bagaimana vaksin ini akan diberikan.

“Kita tidak mampu menghadapi beragam tahapan hak-hak pribadi itu untuk menciptakan “vaksin rakyat,” ujar Hu dalam sebuah KTT tentang vaksin yang digelar awal Juni tentang isu distribusi yang merata.

Presiden Ghana Nana Akufo-Addo setuju. “Hanya orang yang memiliki semangat solidaritas dan kesetaraan yang dapat melindungi seluruh umat manusia dari virus ini,” ujarnya.

Dalam KTT dengan para pemimpin Afrika hari Rabu (17/6), Presiden China Xi Jinping mengatakan negara-negara di Afrika “akan menjadi yang pertama yang merasakan manfaat” begitu satu vaksin Covid-19 berhasil dikembangkan dan dikirim ke China, tetapi belum ada kesepakatan apapun yang diumumkan untuk mendukung janjinya itu.

Di seluruh dunia ada sekitar sepuluh calon vaksin Covid-19 yang sudah berada dalam tahap pengujian awal. Meskipun jika semua berjalan baik sebagian diantaranya sudah dapat memasuki pengujian tahap akhir, masih belum akan ada vaksin yang mendapat izin pada awal tahun depan. Namun banyak negara kaya yang telah memesan beberapa vaksin yang masih dalam percobaan ini dan berharap segera mendapat kiriman vaksin itu meskipun belum mendapat persetujuan untuk dipasarkan secara luas.

Inggris dan Amerika telah menghabiskan jutaan dolar pada beragam upaya menghasilkan vaksin, termasuk yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan diproduksi AstraZeneca. Sebagai imbalannya kedua negara berharap mendapat perawatan prioritas. Pemerintah Inggris telah mengumumkan jika ada vaksin yang terbukti efektif maka 30 juta dosis pertama akan diperuntukkan bagi warga Inggris. [em/pp]

XS
SM
MD
LG