Tautan-tautan Akses

Peringatan Hari Martin Luther King, Ekonomi Warga Kulit Hitam Masih Jauh Tertinggal


Presiden AS Donald Trump dan Wapres Mike Pence mengunjungi tugu peringatan Dr. Martin Luther King Jr. di Washington DC, hari Senin (21/1).
Presiden AS Donald Trump dan Wapres Mike Pence mengunjungi tugu peringatan Dr. Martin Luther King Jr. di Washington DC, hari Senin (21/1).

Pada peringatan meninggalnya pemimpin gerakan hak-hak sipil Dr. Martin Luther King Jr. ke-51, kini kondisi ekonomi warga Amerika keturunan Afrika pada umumnya hanya sepersepuluh dari kekayaan yang dimiliki oleh warga kulit putih.

Sudah 51 tahun berlalu sejak pembunuhan Dr. Martin Luther King Jr, aktivis Amerika keturunan Afrika yang memimpin gerakan hak-hak sipil yang mengubah Amerika dan bergaung ke seluruh dunia. Sejak itu Amerika telah membuat langkah besar, meskipun perpecahan tajam masih tetap ada.

Inilah petikan pidato yang disampaikan Dr. Martin Luther King pada 29 Agustus 1963, yang memberi arah pada Amerika dan membuat -hak sipil dan keadilan ekonomi menjadi isu penting.

Pakar ras, media dan komunikasi di Universitas Amerika Sherri Williams mengatakan, “Apa yang ingin ia capai adalah kesetaraan ras dan keadilan ekonomi. Kita tahu bahwa ia dibunuh, ia bekerja di Poor People’s Campaign, ia bersama pekerja sanitasi di Memphis yang melakukan mogok karena menuntut upah yang layak.”

Greg Howard di Universitas Howard mengatakan meskipun ada beberapa kemajuan, kesenjangan ekonomi hingga kini masih terasa.

“Tetapi jika Anda melihat ekonomi warga Amerika keturunan Afrika pada umumnya, kekayaan rata-rata kepala keluarga Amerika keturunan Afrika kira-kira begini… untuk setiap satu dolar yang dimiliki keluarga kulit putih maka keluarga kulit hitam memiliki 10 sen. Satu per sepuluh yang dimiliki warga kulit putih. Ini tidak masuk akal!,” katanya.

Tetapi ekonomi Amerika yang relatif kuat saat ini telah mendorong pasar tenaga kerja untuk semua ras. Tingkat pengangguran warga Amerika keturunan Afrika turun hingga di bawah 6% tahun lalu, terendah sejak tahun 1972. Namun menurut studi di Universitas Harvard baru-baru ini, setengah dari semua warga Amerika keturunan Afrika mengalami diskriminasi di tempat kerja.

Yonas Beshawred, pakar teknik di Silicon Valley mengakui hal itu. “Ini terjadi pada hal-hal kecil.. seperti ketika datang ke suatu pertemuan investor dan mereka tidak mau mendengar atau mempercayai apa yang saya sampaikan. Bisa jadi karena usaha atau apa yang Anda lakukan kurang menarik, tetapi kadang-kadang Anda merasa hal itu dikarenakan warna kulit Anda. Mereka memang tidak terbuka tentang hal ini. Mereka mungkin jarang berurusan dengan orang kulit berwarna. Kalau saya siih, dari sudut pandang saya maka saya akan mengabaikan sikap mereka. Saya merasa - OK kalau begitu kita tidak bisa bekerjasama. Saya lanjutkan pada klien lain,” ujarnya.

Dominannya kebrutalan polisi terhadap sebagian komunitas Amerika keturunan Afrika menjadi sumber keprihatinan lain. Gerakan “Black Lives Matter” pada tahun 2014 setelah penembakan terhadap seorang laki-laki kulit hitam oleh polisi kulit putih di Missouri telah mendorong isu kebrutalan polisi itu.

Aktivis “Black Lives Matter” Dennis Rodriguez mengatakan, “Gerakan “Black Lives Matter” telah membuka mata kita pada semua hal. Gerakan ini membantu kami - orang-orang kulit berwarna - untuk memahami bahwa mungkin kita tidak dipandang sebagai manusia atau sebagai kelompok yang kuat saat ini, tetapi yakinlah kerja keras kita akan membuahkan hasil.”

Menjadi warga kulit hitam di Amerika telah berubah sejak pidato terkenal Dr. Martin Luther King “I Have a Dream.” Amerika sudah dua kali memilih sosok berkulit hitam menjadi presiden mereka pada tahun 2008 dan 2012. Tetapi upaya memperbaiki hubungan antar-ras memang masih panjang. (em)

XS
SM
MD
LG