Perserikatan Bangsa-Bangsa, badan global beranggotakan 193 negara hari Senin secara resmi memperingati hari jadinya yang ke-75 sementara pandemi global mengancam kesehatan dan keselamatan jutaan orang di seluruh dunia. Pertemuan tahunan para pemimpin dunia tahun ini di markas besar PBB di New York hampir seluruhnya dilakukan secara "virtual".
Pandemi virus corona diperkirakan akan menjadi topik penting pada sidang umum PBB tahun ini yang biasanya menghadirkan pidato para kepala negara. Selain pandemi, isu lainnya juga akan menyangkut bagaimana membangun dunia pasca pandemi yang lebih baik dan lebih setara.
Berbicara di ruang Sidang Umum, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menguraikan tantangan yang dihadapi dunia. "Teknologi transformatif telah membuka peluang baru, tetapi juga menjadi ancaman baru. Pandemi COVID-19 telah mengungkap kerapuhan dunia. Kita hanya bisa mengatasinya bersama-sama."
Stewart Patrick, Anggota Senior di lembaga kajian Council on Foreign Relations mengatakan selama 75 tahun berdiri, PBB telah sukses sebagai pemelihara perdamaian dan memberikan bantuan kemanusiaan.
"Saya merujuk pada pemeliharaan perdamaian PBB sebagai salah satu pencapaian penting dari apa yang telah dilakukan PBB, meskipun tidak sempurna, namun setidaknya bisa dibanggakan," kata Stewart Patrick.
Meski demikian peningkatan gesekan geopolitik juga telah melumpuhkan Dewan Keamanan PBB.
Pandemi virus corona telah memperjelas dinamika ini, terutama sikap unilateralisme AS dan persaingan yang semakin memanas antara AS dan China. Akibatnya, banyak pekerjaan produktif PBB yang macet.
"Sungguh ironis pada saat diperlukan pemikiran besar mengenai bagaimana kita membawa PBB ke dalam masalah utama abad ke-21. Ini benar-benar dihambat, sebagian besar karena ketidaksepakatan antara Amerika Serikat dan China , " tambah Stewart Patrick. [my/lt]