Bulan Juni 2016, WikiLeaks, yang didirikan oleh Julian Assange, merilis ribuan email milik Komite Nasional Partai Demokrat AS, yang mengakibatkan mundurnya ketua badan itu, Debbie Wasserman Schultz. Bahan-bahan itu diperkirakan diretas oleh dinas-dinas intelijen Russia dan diberikan kepada WikiLeaks.
September 2016, Presiden Barack Obama berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di China tentang peretasan yang dituduhkan itu, dan mengatakan kepada Putin untuk “menghentikan kegiatan itu,” atau akan ada “konsekuensi yang serius.”
Sebulan kemudian juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, pemerintah Amerika yakin bahwa Rusia terlibat dalam peretasan komputer milik Komite Nasional Partai Demokrat, seperti yang dilaporkan oleh dinas-dinas intelijen Amerika. Earnest tidak memberikan bukti nyata tentang peretasan itu.
Kira-kira pada waktu yang bersamaan, Kepala Badan Intelijen Nasional Amerika, James Clapper mengatakan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat bahwa Rusia memiliki sejarah campur tangan dalam pemilihan umum di luar negeri.
Bulan Desember 2016, Rusia membantah laporan bahwa Putin tidak hanya tahu bahwa Rusia campur tangan dalam pemilihan presiden di AS, tapi juga secara pribadi mengatur bagaimana data itu digunakan.
Presiden AS terpilih Donald Trump membantah keterlibatan Rusia dalam peretasan itu, dan menulis dalam akun Twitternya: “Jika Rusia, atau orang lain, melakukan peretasan itu, mengapa Gedung Putih menunggu begitu lama sebelumbertindak? Mengapa mereka mengeluh setelah Hillary kalah?” [isa/sp]