Dua perempuan Yazidi yang pernah diculik oleh militan Negara Islam atau ISIS pada tahun 2014 dan dijadikan sebagai budak seks telah menerima hadiah 'Sakharov' untuk kebebasan berpikir dan berekspresi dari Parlemen Eropa.
Nadia Murad dan Lamiya Aji Bashar diumumkan sebagai penerima hadiah itu pada bulan Oktober dan menerima hadiah hari Selasa dalam upacara di Strasbourg, Prancis.
Kedua perempuan itu adalah di antara sekitar 7.000 ribu wanita dan anak perempuan Yazidi yang diculik dan dijual sebagai budak seks di bawah pemerintahan ISIS. Sekitar 5.000 lainnya dibunuh dalam upaya menghapus memusnahkan sekte agama itu.
Mereka dibawa dari desa mereka dekat Sinjar di barat laut Irak pada tahun 2014. Pengepungan oleh ISIS atas wilayah itu mengundang serangan udara pertama oleh koalisi pimpinan Amerika pada bulan Agustus 2014. Serangan udara itu kemudian diperluas ke wilayah-wilayah lain di Irak dan Suriah.
Murad dan Bashar telah bekerja untuk meningkatkan kesadaran tentang perlakukan terhadap Yazidi, yang menurut PBB termasuk genosida.
Bashar mengatakan dalam menerima hadiah itu ia telah memutuskan untuk menjadi “suara bagi orang-orang yang tak bersuara,” dan mendesak para anggota parlemen agar tidak pernah membiarkan kejahatan seperti itu terjadi lagi. Dia juga menyerukan agar anak-anak yang pernah menjadi korban militan diberi dukungan psikologis.
Murad mengatakan Negara Islam menarget orang-orang yang melawan ideologi mereka, dan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia harus bertanggung jawab di tingkat internasional.
Murad mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB tahun lalu bahwa tujuan ISIS adalah untuk memusnahkan semua etnis Yazidi karena mereka dianggap kafir. Dia mendesak dewan agar mengambil tindakan untuk membebaskan daerah Yazidi dan mengenyahkan kelompok militan itu. [lt]