Tautan-tautan Akses

Perempuan Kenya Dominasi Pekerjaan Manufaktur dengan Karir Teratas


Wadah minyak goreng dalam berbagai ukuran terlihat di pabrik Bidco di Thika, sebelah utara ibu kota Kenya, Nairobi, 21 Januari 2012. (Foto: REUTERS/Noor Khamis)
Wadah minyak goreng dalam berbagai ukuran terlihat di pabrik Bidco di Thika, sebelah utara ibu kota Kenya, Nairobi, 21 Januari 2012. (Foto: REUTERS/Noor Khamis)

Sebuah survei yang dilakukan oleh Asosiasi Manufaktur Kenya menunjukkan perempuan mendominasi sektor manufaktur di negara Afrika Timur itu, meskipun pria masih memiliki sebagian besar bisnis seperti itu dan menerima gaji yang lebih baik.

Perusahaan pengemasan makanan Easter Kojwang berkembang pesat sejak dimulai lima tahun lalu.

Kojwang bersama perempuan lainnya memimpin bidang manufaktur di Kenya, akan tetapi ia menyatakan masih sulit untuk berurusan dengan kaum pria dalam industri tersebut.

“Misalnya, jika memasok madu ke sebuah perusahaan besar dan manajer pengadaannya seorang pria, yang ingin lebih dari yang Anda bisa berikan, Kami ingin melakukan bisnis secara bersih," kata Easter Kojwang.

Meski pria Kenya memiliki kebanyakan jabatan di bidang manufaktur – dan dibayar lebih besar, tetapi perempuan Kenya mendominasi karir pada level atas di sektor itu.

Seorang karyawan sedang melihat ke pabrik Bidco di Thika, utara ibu kota Kenya Nairobi, 21 Januari 2012. (Foto: REUTERS/Noor Khamis)
Seorang karyawan sedang melihat ke pabrik Bidco di Thika, utara ibu kota Kenya Nairobi, 21 Januari 2012. (Foto: REUTERS/Noor Khamis)

Survei Asosiasi Manufaktur Kenya bulan September 2020 memperoleh temuan pemilik bisnis pria sekalipun lebih menyukai perempuan untuk menjalankan pabrik mereka, dan 89 persen posisi manajer senior adalah perempuan.

“Ini menunjukkan jika kita punya anggota dewan dan pimpinan yang mendukung partisipasi kaum perempuan di industri manufaktur, Anda akan cenderung menyaksikan kebijakan dimana lebih banyak perempuan akan mampu naik ke jenjang posisi kepemiminan teratas," kata Phyllis Wakiaga, CEO dari Kenya Association of Manufacturers.

Namun pemilik usaha perempuan seperti Kojwang masih minoritas, dibanding kaum pria yang memiliki 73 persen pabrik di Kenya.

Pusat bisnis penyelenggara survei itu menyatakan sebagian besar pemilik manufaktur perempuan hanya muncul dalam dekade terakhir.

“Mengapa mereka terjun ke manufaktur? Karena mereka melihatnya sebagai sektor yang menguntungkan dan memberi peluang. Tetapi kita harus paham bahwa meskipun lebih banyak perempuan bergerak di bidang manufaktur, sebagian besar pekerjaan dan bisnis mereka sebenarnya ada di sektor informal," ujar Cleopatra Mugyenyi, Direktur International Center for Research on Women.

Mugyenyi menyampaikan perusahaan yang lebih banyak mempekerjakan perempuan, mampu mengundang dan mempertahankan talenta dan juga mengikuti perkembangan minat dan permintaan konsumen.

Seorang pekerja berjalan melewati kotak minyak goreng di pabrik Bidco di Thika, utara ibu kota Kenya, Nairobi 21 Januari 2012. (Foto: REUTERS/Noor Khamis)
Seorang pekerja berjalan melewati kotak minyak goreng di pabrik Bidco di Thika, utara ibu kota Kenya, Nairobi 21 Januari 2012. (Foto: REUTERS/Noor Khamis)

Guna menciptakan kondisi persaingan yang adil, pihak berwenang Kenya menyatakan berencana membantu pendanaaan sejumlah perusahaan manufaktur yang dijalankan oleh kaum perempuan.

“Kami memiliki berbagai program dan proyek untuk mendukung perempuan yang berkarir di bidang manufaktur. Pertama, kami punya dana usaha perempuan yang memberikan pinjaman kepada perempuan. Kami juga bermitra dengan beberapa lembaga lain, misalnya otoritas usaha mikro dan kecil dimana kami memberikan dana bantuan kepada kaum perempuan," kata Lawrence Karanja adalah Kepala Pengelola dari Departemen Perindustrian.

Prakarsa seperti itu memberikan harapan lebih besar untukpemimpin manufaktur perempuan Kenya bagi terciptanya masa depan yang lebih adil di dalam industri tersebut. [mg/jm]

XS
SM
MD
LG