Seorang perempuan calon pembom bunuh diri yang ditangkap minggu lalu sehari sebelum serangan yang direncanakan di Jakarta, mengatakan ia diperintah Bahrun Naim, orang Indonesia yang bertempur dengan kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah dan dituduh sebagai otak beberapa serangan dalam setahun terakhir.
Dian Yulia Novi dan suaminya Nur Solihin termasuk di antara empat tersangka militan yang ditangkap Sabtu (10/12) setelah polisi mendeteksi rencana mereka untuk membom upacara pergantian penjaga di Istana Presiden. Daerah di Bekasi tempat bom itu ditemukan telah dievakuasi.
Polisi menduga keempatnya adalah bagian dari jaringan militan yang bertanggung jawab atas sebuah laboratorium pembuatan bom di Jawa Barat yang beroperasi di bawah arahan Bahrun.
Dian, mantan pekerja migran di Singapura dan Taiwan, mengatakan dalam siaran wawancara di TVOne Rabu (14/12) bahwa ia mengetahui soal jihad dari media sosial seperti Facebook.
Ia mengatakan ia dipengaruhi artikel-artikel dari laman Islami soal penegakan monoteisme dan membela kekhalifahan serta Aman Abdurrahman, ulama radikal yang sedang menjalani hukuman sembilan tahun di Indonesia.
Keterlibatan aktif perempuan itu dalam rencana tersebut mereupakan perkembangan baru untuk radikalisme dengan kekerasan di Indonesia, di mana perempuan yang menikah atau terkait dengan para militan biasanya tidak muncul ke depan.
Bom seberat 3 kilogram yang akan diledakkan Dian itu seharusnya meledak saat orang-orang berkumpul menyaksikan upacara pergantian penjaga Istana, yang populer sebagai atraksi wisata keluarga di Jakarta. Dalam wawancara itu, ia mengungkapkan ketidakpedulian yang menakutkan terhadap sesama warga Indonesia.
"Targetnya bukan orang biasa, bukan pedagang, bukan bayi. Targetnya adalah penegak hukum buatan manusia," ujar Dian.
Bahrun "sendiri telah menjelaskan bahwa akan ada penonton," ujarnya. "Saya akan berbaur dengan mereka...kemudian saya akan berlari ke arah penjaga kepresienan dan meledakkan diri saya. Itu akan jauh dari penonton sehingga mereka tidak akan terkena langsung."
Bahrun telah dikaitkan oleh polisi dengan beberapa serangan di Indonesia tahun ini termasuk sebuah serangan bulan Januari di Jakarta yang menewaskan delapan orang termasuk para penyerangnya.
Pihak berwajib telah melakukan razia terus menerus terhadap militan sejak pemboman tahun 2002 di Bali oleh para radikal yang berafiliasi dengan al-Qaida, yang menewaskan 202 orang. Namun sebuah ancaman baru telah muncul dalam beberapa tahun terakhir dari para simpatisan ISIS. Beberapa ratus orang Indonesia telah pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Dian mengatakan ia berkomunikasi dengan Bahrun dalam tiga peristiwa melalui aplikasi percakapan yang terenskripsi, Telegram, dan mengatakan bahwa Bahrun-lah yang memutuskan target serangan.
Suaminya, Solihin, yang juga diwawancara stasiun televisi tersebut, mengatakan ia menikahi Dian untuk memfasilitasi keinginannya sebagai pembom bunuh diri.
Solihin mengatakan ia diperintahkan Bahrun untuk mengantar istrinya ke Masjid Istiqlal, kemudian Dian akan berjalan ke Istana.
"Saya tidak tahu apa target serangannya. Baru setelah polisi mengungkapkan rencana bom itu, saya sadar bahwa targetnya adalah Istana Presiden," ujarnya. [hd]