Eksekutif-eksekutif dalam kelompok utama lobi bisnis Amerika mengatakan China sedang menyiapkan kemungkinan perang dagang dengan Amerika dan semakin timbul kekhawatiran, perusahaan-perusahaan asing bisa terlibat.
Pidato kenegaraan pertama Presiden Amerika Donald Trump Selasa (30/1) malam diperkirakan menyinggung praktik-praktik tidak adil yang dilakukan China.
China menyiapkan karpet merah bagi Presiden Donald Trump dalam lawatan pertamanya akhir tahun lalu, pertemuan di mana kedua pihak menandatangani sekitar 250 miliar dolar transaksi bisnis.
Tetapi kini, Trump sedang mempertimbangkan tekanan dagang terhadap China dan seorang pejabat senior pemerintah mengatakan Trump akan "menekankan perdagangan yang adil dan timbal balik" dalam pidato kenegaraannya. Presiden telah mengambil tindakan tegas, menarget perusahaan-perusahaan mulai dari telekomunikasi hingga panel surya dan tindakan perdagangan lain akan segera diumumkan.
William Zarit, ketua Kamar Dagang Amerika di China, AmCham China, mengatakan tidak ada yang menginginkan perang dagang, tetapi ia menambahkan, China sudah menyiapkan cara menanggapi jika Amerika mengambil tindakan perdagangan lagi.
"Kalau tindakan itu dilakukan, saya diberitahu pejabat tertentu bahwa ya tentunya akan ada pembalasan. Kita lihat apa yang akan terjadi. Saat ini kita hanya berspekulasi," tukas Zarit.
Kemungkinan pembalasan China akan menarget sektor dengan resonansi politik, ujar eksekutif lain AmCham China, bidang-bidang yang kuat mendukung Trump dalam pemilihan, seperti pertanian dan industri penerbangan.
Pandangan anggota AmCham China beragam tentang perselisihan yang berkembang dan tentang berbisnis di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Dalam survei iklim usaha tahunan kelompok tersebut, yang dirilis hari Selasa, jumlah yang naik, 78 persen, mencatat pentingnya hubungan Amerika-China dan pengaruhnya terhadap bisnis.
Tahun ini lebih banyak yang optimistis terhadap lingkungan investasi, tetapi 75 persen masih merasa tak diinginkan. Cukai dan perselisihan perdagangan bukanlah hal yang diinginkan perusahaan, ujar Zarit, tetapi ada juga yang mendukung tindakan yang lebih tegas.
"Bagi sebagian perusahaan yang mungkin merasa akses pasar adalah hambatan besar, tentu senang mendapati beberapa solusi perdagangan, sebagian tekanan datang dari Amerika," imbuhnya.
Tetapi perusahaan-perusahaan yang berjalan baik, kata Zarit, lebih menginginkan perang dagang tidak terjadi. [ka/al]