Sejak Arab Saudi mulai mengebom pemberontak Houthi akhir Maret 2015, PBB mengungkapkan, 2.795 warga sipil laki-laki, perempuan, dan anak-anak tewas dan 5.324 terluka. Angka itu tidak mengungkap sepenuhnya korban tragis perang tersebut karena tidak termasuk pejuang yang tewas dan luka-luka.
Pembicaraan perdamaian yang dimediasi PBB mengenai Yaman pertengahan Desember di Jenewa ternyata tidak mampu untuk menghentikan pembantaian itu. Padahal, angka itu menunjukkan jumlah warga sipil yang tewas pada bulan Desember akibat serangan udara Arab Saudi dua kali lipat lebih banyak daripada jumlah dalam bulan November.
Juru bicara HAM PBB Rupert Colville mencatat gencatan senjata yang disepakati pihak-pihak yang bertikai sebelum dimulainya pembicaraan itu sudah dilanggar dalam beberapa menit. Ia mengatakan serangan udara berlanjut ke Tahun Baru, dengan sekitar 11 serangan terjadi di ibukota, Sana'a, minggu ini dan berlanjut hingga hari Selasa (5/1).
"Kami belum bisa memastikan apakah serangan terbaru itu menambah jumlah korban warga sipil atau tidak, meskipun laporan awal menunjukkan beberapa bangunan sipil milik swasta dan pemerintah terkena serangan sejak hari Minggu, beberapa dari bangunan itu terletak di daerah padat penduduk Sana'a," kata Colville.
Colville menambahkan, PBB juga menerima informasi yang mengkhawatirkan tentang dugaan penggunaan bom curah oleh pasukan koalisi di Hajjah, dilaporkan bahwa beberapa orang mengalami pemuntungan setelah menginjak munisi yang belum meledak.
Ia mengatakan, situasi kemanusiaan bagi penduduk di Taiz, tempat bentrokan kekerasan selama lebih dari delapan bulan, sangat mengerikan. Menurutnya, pasukan pemberontak Houthi, yang menguasai titik-titik masuk ke kota, membatasi masuknya makanan dan bantuan penting lain.
Badan pengungsi PBB itu melaporkan sekitar 2,5 juta orang jadi pengungsi di dalam negeri dan sudah 167 ribu orang keluar dari Yaman ke negara-negara sekitar. Meski situasi kacau, juru bicara UNHCR Adrian Edwards mengatakan, ribuan orang tetap menempuh perjalanan berbahaya melintasi Teluk Aden atau Laut Merah ke Yaman.
"Sekitar 70 ribu orang dari Tanduk Afrika tiba di Yaman tahun lalu setelah kekerasan pecah walaupun situasi di sana membuat putus asa. Jadi, situasinya campur baur," kata Edwards.
Edwards mengatakan orang-orang dari Afrika di Yaman terjebak situasi yang sangat mengkhawatirkan. Ia menambahkan pekerja bantuan hanya memiliki sedikit akses ke mereka dan mengalami kesulitan besar dalam memberi bantuan yang penting bagi mereka. [ka/jm]