Sejumlah kerjasama strategis antara Indonesia dan Perancis akan diperkuat, terutama di bidang pertahanan dan antiterorisme, energi, pendidikan, dan dialog antar agama.
Demikian yang disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Perancis, Pierre Sellal dalam Forum Konsultasi Bilateral II Indonesia-Perancis, di Jakarta, Selasa siang.
"Kami sepakat melakukan kerjasama strategis, karena kedua negara memiliki tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang sama, baik secara bilateral maupun secara aktif mengatasi masalah-masalah global," kata Sellal.
Khusus mengenai energi, Pierre Sellal menjelaskan bahwa Perancis bersedia memberikan bantuan sekaligus investasi, apabila diminta oleh pemerintah Indonesia .
Apabila pemerintah Indonesia meminta sudah tentu Perancis akan membantu, mulai dari pelatihan, pengadaan reaktor, hingga pengelolaan sampah nuklir. Tetapi, saya kira Indonesia juga sedang bergerak untuk membangun sumber energi dengan tingkat karbon yang rendah, seperti geothermal misalnya. Ini sesuai kesepakatan penurunan emisi karbon di Cancun , Meksiko, demikian Pierre Sellal.
Pekan lalu Badan Tenaga Atom Internasional ( IAEA), menegaskan bahwa Indonesia termasuk negara yang paling siap mengembangkan energi nuklir. Namun, rencana penggunaan energi nuklir sendiri masih mengundang pro dan kontra di Indonesia.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan kepada VOA, saat ini terdapat 12 energi terbarukan yang siap dikembangkan. Pemakaian nuklir hanya akan dipertimbangkan apabila secara eonomi memang layak dan menguntungkan.
“Mulai tahun ini diajukan sebagai amanat Presiden kepada DPR sebagai Kebijakan energi nasional, nanti keluar (rekomendasi) apakah nuklir perlu atau tidak, karena ada 12 energi yang akan dikembangkan; mulai dari bio mass, geothermal, power-hydro (listrik tenaga air) dan sebagainya. Ini ‘ kan ujung-ujungnya kembali ke ekonomi. Nuklir ini akan bersaing pada (kemungkinan) energi yang lain…,” jelas Menteri Pertahanan.
Perancis menilai potensi energi Indonesia sangatlah besar. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Retno Marsudi, menjelaskan, “Melalui PLN pada tanggal 3 Juni 2010 antara AFD dan Kementerian Keuangan kiat sudah menandatangani loan angreement sebesar 50 juta dolar Amerika (sekitar 453 milyar rupiah) untuk meningkatkan distribusi listrik di kawasan Jawa dan Bali . Sebetulnya total yang diperlukan adalah 119 Juta Dollar, tetapi 50 Juta dibiayai oleh ADB (Bank Pembangunan Asia), 50 Juta (Dollar Amerika) oleh AFD (Badan Pembangunan Perancis), dan sisanya 19 Juta (Dollar Amerika) oleh PLN.”
Menurutnya bantuan pemerintahan Sarkozy kepada Indonesia baru-baru ini hampir mencapai 500 milyar rupiah.